Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Tuhan Tidak Adil

6 Februari 2012   09:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:59 152 0
Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.
#NasehatDiri

Berjumpa teman lama

Tanggal 27 Desember 2011 lalu, shahabat saya dari Aceh berkunjung ke Jakarta setelah mengikuti program pelatihan selama 3 hari di Tasikmalaya. Sebelum ke Jakarta, kami sudah janjian, untuk sama-sama menjadwalkan pada hari tersebut--supaya bisa bersilaturahim. Alhamdulillah, itu terjadi. Bayangkan bila Anda bisa bertemu kembali dengan teman dekat Anda, setelah lama tidak berjumpa. Bagaimana suasana hati Anda? Oh, tentu menyenangkan bukan?

Sebagaimana permintaan teman saya, dia tidak hanya ingin berjumpa dengan saya, tapi juga mau bertemu dengan anak mertua (istri) saya. Jadi, pada hari tersebut, setelah shalat ashar, saya berangkat bersama istri dari rumah, menuju tempat yang kami sepakati bertemu, di sekitar Mampang prapatan—supaya aksesnya sama-sama mudah kami tuju. Saya berangkat dari arah Ciganjur, sementara teman saya dari Pasar Rumput. Tempat dia menginap di Jakarta.

Dari depan rumah (gang Syarpa), saya menggunakan jasa angkot M20 sampai putaran halte busway pertanian. Selanjutnya menuju Mampang prapatan dengan angkutan bus-way. Ada pengalaman menarik yang mau saya ceritakan di sini. Selama perjalanan di dalam busway, saya memperoleh pembelajaran berharga dari sang bijak. Dan hal ini, yang mau saya ceritakan kepada Anda sekarang.

Benarkah berbuat baik akan berbuah kebaikan?

Sementara itu, apa yang akan Anda lakukan? Akankah Anda terus memberi bila tidak mendapatkan sesuatu? Lebih spesifiknya, apakah Anda akan terus melakukan kebaikan, bila kebaikan itu tidak berbalas kepada Anda?

Ceritanya, begitu saya dan istri menaiki busway dari halte pertanian. Penumpangnya lumayan penuh. Sehingga saya dan istri juga dengan penumpang yang lain, tidak kebagian tempat duduk. Kondisi itu sangat lumrah menyebabkan saya dan siapapun, berdiri dan bergantungan sebagaimana biasanya. Saya dan istri berdiri di tengah-tengah dekat pintu masuk. Kemudian, kondekturnya melihat istri saya berdiri, yang perutnya lumayan berisi (hamil). Lalu dia bertanya, “Ibu sedang hamil?” saya langsung menjawab “Iya”.

Kondektur langsung melihat-lihat posisi di depan dan belakang, sambil berusaha menjinjit dan merendahkan posisi berdirinya--supaya bisa melihat penumpang yang bisa diajak untuk berganti tempat duduk dengan istri saya. Tetapi, tidak ada satupun yang menurut pak kondektur pantas untuk diminta ganti tempat duduk. “Mohon maaf bu ya, kursinya penuh”. Kata pak kondektur penuh santun.

Rasanya tidak adil

Akhirnya, saya dan istri tetap berdiri. Tetapi, ada perasaan semacam tidak bisa menerima dalam diri saya. Pikiran saya langsung melakukan perbandingan antara perilaku yang pernah saya lakukan bila ada ibu hamil seperti istri saya (7 bulan), atau ibu-ibu yang usia sudah tua, maka saya langsung berdiri dan mempersilahkan ibu hamil untuk menduduki kursi saya tempati. Karena saya berpikir, kalau istri saya yang hamil, tentu saya berharap dia mendapat tempat duduk.

Tetapi, hari itu, tidak demikian yang terjadi. Padahal saya tahu, di kursi tengah ada seorang anak muda duduk di sana. Sungguh perasaan tidak bisa menerima itu, seperti ada ungkapan dalam diri “Kok tidak adil?”. Namun, saya sadar, ketika saya mengatakan tidak adil, lantas siapa yang mau saya salahkan? Apakah Tuhan? Sementara sangat saya sadari, bahwa tidak ada satupun peristiwa yang terjadi, selain bertujuan demi kebaikan bagi manusia.

Nasehat Sang Bijak

Saya diam tidak mempersoalkan apapun lagi. Kecuali bertanya dalam diri, “Apa maksud Allah? Apa yang Allah ingin ajarkan kepada saya lewat peristiwa ini?” supaya bisa menenangkan emosi “perasaan tidak bisa menerima”. Setelah lima menit saya menghening dalam desakan penumpang busway. Perlahan hadir pemahaman dan pemikiran yang lebih memberdayakan bagi diri saya. Sehingga saya sangat mengerti, apa yang membuat kita merasa menderita, bila kebaikan yang kita lakukan tidak berbuah kepada kita?

Ada sang bijak menasehati saya di dalam. “Mad, apakah kamu merasa hidup ini tidak adil? Karena kamu pernah melakukan kebaikan (memberi tempat duduk kepada ibu hamil) sementara pada saat giliran istrimu yang hamil, tidak ada orang yang peka untuk berdiri dan mempersilahkan istrimu duduk? Apakah kamu menganggap, apa yang kamu lakukan itu sia-sia?

Lalu sang bijak menasehati dengan nada lebih tinggi “Mad, tidakkah kamu mensyukuri atas karunia yang telah Allah berikan kepada istrimu? Apakah kamu lupa terhadap anugerah yang Allah limpahkan kepada istrimu? Setiap istri yang hamil mengalami proses “ngidam” tetapi itu tidak terjadi pada istrimu, sehingga engkau tidak mengalami permintaan yang aneh-aneh. Apakah itu bukan kebaikan bagimu? Sudah 7 kali engkau berkonsultasi dengan dokter, alhamdulillah anakmu dalam kandung sehat dan ibunya juga sehat. Apakah itu bukan kebaikan dari Allah?

Allah Maha Adil

Setelah sang bijak mengakhiri wejanganya. Saya langsung beristiqfar “Astaqfirullah”. Dan tak lupa bersyukur “Alhamdulillah”. Saya bersyukur, karena Allah memberi pelajaran, bagaimana cara saya menyikapi kehidupan. Dan, bagaimana proses penyesalan, atau perasaan yang tak selaras, tidak bisa menerima, seolah merasa tidak adil, setelah melakukan kebaikan, tetapi merasa tidak memperoleh hasilnya. Ternyata itu terjadi karena faktor “pembanding”. Itu terjadi karena kurang luwes dan bijaksana dalam bersikap. Sungguh Allah Maha Adil. Justru saya yang tidak adil dengan pemikiran saya sendiri.

Beberapa saat kemudian, muncul tulisan “Mampang Prapatan” di layar pemberitahuan keberadaan posisi halte di atas kiri kepala pak sopir. Sayapun bersiap-siap untuk turun. Lalu saya BBM teman saya, memberitahukan bahwa saya sudah tiba dan menantinya di tempat makan yang kami sepakati sebelumnya.

Sungguh, silaturahim luar biasa sekali. Seperti pengalaman dan pembelajaran hidup yang saya peroleh dalam perjalanan untuk bertemu dengan teman saya. Sehingga, hadir pesan untuk sang diri. “Teruskan dan tingkatkan amal shaleh”.

Ciganjur, Rabu 11 Januari 2012
Mari bersilaturahim, follow @mind_therapist

Sumber ; http://www.kursusnlp.com/2012/02/akankah-terus-memberi-bila-tidak.html

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun