Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Kita Akan Menemukan Jalan Ketika Berjalan

1 September 2012   06:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:03 383 3

Kita akan menemukan jalan ketika berjalan...

Ada yang mengatakan, hidup itu indah bila kita tahu cara menjalaninya. Namun terkadang, tahu cara menjalaninya saja masih tak cukup membuat kita mampu menjalani hidup dengan cara yang baik dan membuatku kita bahagia. Ambil contoh misalnya, hampir setiap orang tahu bila surga itu untuk orang-orang yang selalu berbuat baik dan neraka merupakan balasan untuk orang yang berbuat jahat. Tetapi, didalam kenyataannya masih kita temui orang-orang yang menjauhi surga dan mendatangi neraka. Bahkan, kalau kita tanyakan kepada mereka,”Kamu mau masuk surga atau neraka?” Jawaban mereka pasti,”Surga!.” Ini juga menunjukkan, walaupun orang sudah memiliki pengetahuan tentang sesuatu, mempunyai keinginan untuk memilikinya, tidak serta merta mampu menggerakkan seluruh anggota badan dan pikiran kita untuk bergerak menuju hal tersebut.

Beberapa waktu lalu, seorang temanku yang lulusan sarjana di Jepang dan telah menyelesaikan Masternya di University of Manchester ini berkata,”Pulang nanti mau kerja apa ya? Aghhh…. Bingunggg.” Ketika membuka Facebook, seorang teman lagi meng-update status,”What am I gonna be?” Kedua temanku ini tengah dirundung kebingungan, kebingungan akan seperti apa masa depan yang akan mereka dapatkan. Percaya atau tidak, ini merupakan fenomena umum yang terjadi pada kita semua, baik yang sedang studi, baru menyelesaikan studi, maupun yang sudah memiliki keluarga.

Tidak tahukah mereka kalau pada akhirnya mereka pasti akan mendapatkan pekerjaan? Dengan kualifikasi pendidikan yang baik seperti itu, diragukan rasanya mereka tidak mengetahui hal itu. Tetapi kenapa mereka masih khawatir? Karena tahu saja tidak cukup membuat kita serta merta menjalani hidup dengan tenang. Jujur, aku juga mengalami hal tersebut. Walaupun beberapa pekerjaan sudah menungguku sepulang nanti, tetap saja rasa was-was dan khawatir tentang bagaimana jadinya hidupku nanti masih menggerayangi pikiranku.

Disaat aku merenungkan cerita-cerita diatas, aku teringat sebuah cerita tentang “Orang Jepang dan Ikan.” Dahulu kala, orang Jepang ingin sekali menikmati ikan dalam jumlah banyak. Namun, produksi ikan mereka sangat terbatas. Akhirnya, mereka putuskan untuk mendatangkan ikan dari negeri seberang. Sayangnya, untuk mendatangkan ikan dari negeri sebarang tersebut, mereka harus menempuh jarak yang berbulan-bulan. Ini membuat mereka harus mencari cara bagaimana agar ikan-ikan yang didatangkan tersebut tetap bisa dimakan. Mereka gunakanlah pengawet sehingga meskipun sudah menempuh jarak berbulan-bulan ikan-ikan yang dibawa masih tetatp bisa dimakan.

Selang beberapa waktu, orang Jepang merasa tidak puas dengan rasa dan kualitas ikan yang diawetkan itu. Merekapun berfikir keras lagi untuk menemukan cara bagaimana agar rasa dan kualitas ikan ini meningkat. Mereka juga sadar kalau memakan ikan yang diawetkan sebenarnya sama saja dengan memakan bangkai. Alhasil, mereka membangun sebuah akuarium yang besar di dalam kapal yang membawa ikan tersebut. Ikan-ikan yang diambil dari negeri seberang dimasukkan kedalam akuarium itu. Ikan-ikan itupun sampai dalam keadaan hidup di Jepang karena masih berada didalam wadah yang berair. Namun ternyata, orang-orang Jepang masih merasa ada yang kurang dengan rasa dan kualitas ikan tersebut. Ikannya memang sampai dalam keadaan hidup, tetapi dagingnya tidak terasa segar lagi. Ini mungkin disebabkan karena ikan-ikan itu tidak banyak bergerak didalam akuarium. Jumlah ikan yang banyak, memungkinkan hal tersebut terjadi. Sehingga praktis, mereka sama dengan ikan yang mati dalam keadaan hidup.

Alhasil, orang Jepang memasukkan beberapa ikan hiu kedalam akuarium itu. Ikan-ikan yang diambil di negeri seberang juga dimasukkan kedalam akuarium. Karena ikan hiu merupakan predator ikan, jumlah ikan yang diambil dan tiba di Jepang berkurang banyak. Tetapi, setelah merasakan daging ikan-ikan itu, mereka merasa puas dan gembira sekali. Dagingnya terasa segar dan enak dimakan. Mereka menyimpulkan, daging-daging ikan tersebut terasa segar dan enak dimakan karena ikan-ikan itu terus bergerak didalam akuarium untuk menghindari hiu-hiu yang ada disana. Ini menjaga tubuh mereka untuk terus bekerja aktif. Walaupun mereka tidak tahu harus bergerak kemana untuk menghindari kejaran sang hiu, mereka tetap saja terus bergerak sampai nafas terakhir terhembus.

Cerita ini mengajarkan kita bahwa kita tidak pernah tahu bagaimana masa depan kita nanti, akan jadi apa kita nanti dan seterusnya. Namun, mengkhawatirkan masa depan terus menerus tidak akan menyelesaikan masalah jika kita tidak bergerak. Bergerak kemana? Kemana saja yang kita bisa, seperti ikan-ikan yang terus bergerak didalam akuarium yang ada hiu itu. Kenapa? Karena kita akan menemukan jalan ketika berjalan.

Disisi lain, meskipun kita sudah tahu mau jadi apa kita nanti, rasa khawatir tentang masa depan itu masih akan terus membayangi pikiran kita. Singkatnya, selama nafas masih dikandung badan, kita tidak pernah lepas dari itu. Karena yang sejatinya masa depan itu bukanlah hanya saat kita tua nanti, tetapi setiap detik yang belum kita lalui dari sekarang. Jadi, apa yang harus kita lakukan? Just keep moving forward! Kemana? Kemana saja yang kita anggap baik dan hati merasa nyaman melakukannya. Itu satu-satunya jalan terbaik untuk keluar dari semua kekhawatiran tentang hidup ini.

Percayalah, kita akan menemukan jalan ketika berjalan, semangatttt!!!

“All great achievements require time.” Maya Angelou

"The worst thing that can happen to a man who gambles is to win." - Charles H. Spurgeon

"I've got a theory that if you give 100% all of the time, somehow things will work out in the end." - Larry Bird

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun