Beberapa dari kita mungkin menyukai membaca, atau berniat untuk menulis puisi untuk mengekspresikan diri kita. Namun, masalah yang sering dihadapi adalah sebagian dari kita tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan buah pikiran kita yang abstrak menjadi sebuah tulisan yang indah. Puisi bukan tulisan yang terstruktur secara baku, rapi, atau dengan pola-pola tertentu, tapi puisi lebih mementingkan pada pesan apa yang ingin disampaikan. Tidak wajib untuk dipahami, tapi sebaiknya sebuah puisi dapat menggambarkan, atau setidaknya dapat memunculkan persepsi tertentu bagi orang yang membaca atau mendengarkannya terhadap apa yang dirasakan oleh penulis puisi.
Konon cinta sangat menginspirasikan sebuah puisi. Pernyataan tersebut benar adanya. Cinta adalah hal yang kita sukai, hal yang menusuk-nusuk otak kita dengan makna-makna yang indah. Akibat tertusuk oleh makna yang indah tersebut terlampiaskanlah dengan sebuah tulisan yang disebut puisi. Sebenarnya tak hanya cinta yang dapat menimbulkan puisi. Amarah, dengki, iri, kejam, cemburu, sedih, dan hal-hal yang tidak kita sukai lainnya juga dapat memunculkan puisi. Hanya kadang, kita merasa selalu ingin melupakan hal-hal tersebut, sehingga malas mengingatnya, apalagi melampiaskan ke dalam bentuk tulisan. Menulis puisi tentang hal yang kita benci bukanlah bentuk mengingat hal-hal buruk tersebut, tapi anggap saja menulis puisi itu sebagai upaya menyalurkan semua kebencian keluar dari diri kita.
Cobalah menulis puisi untuk segala hal yang kita rasakan saat ini, setelah puisi itu selesai ditulis niscaya kita akan merasakan kepuasan yang berbeda, yang tidak bisa kita jelaskan dengan logika.