Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Tentang Eclipse, Kesenangan dan Makna Hidup

5 September 2010   07:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:26 666 0
....When we were five, they asked us what we wanted to be when we grew up. Our answers were things like, astronauts, president... or in my case, a princess. When we were ten, they asked again. We answered, a rock star, cowboy, or in my case, a gold medalist. But now that we're grown up, they want a serious answer. Well, how about this. Who the hell knows?....

This isn't the time to make hard and fast decisions; this is a time to make mistakes. Take the wrong train and get stuck somewhere. Fall in love... a lot. Major in philosophy, because there's no way to make a career out of that. Change your mind, and change it again, because nothing's permanent. So, make as many mistakes as you can. That way, someday, when they ask what we want to be, we won't have to guess... we'll know ....


Anda familiar dengan kata-kata tersebut di atas? Bila tidak, mungkin karena anda belum nonton Film Eclipse, film ketiga dari Tetralogy The Twilight Saga. Ya, kalimat tersebut adalah kalimat-kalimat Jesicca, gadis berusia 18 tahun-an, saat pidato Graduation Day di sekolahnya.

Sedikit mengenai Eclipse. Di antara tiga Film Tetralogy The Twilight Saga, menurut saya, Eclipse-lah yang bisa dikatakan “paling bagus” bila dibandingkan dua film sebelumnya. Meski sejujurnya saya kurang begitu suka dengan film-film ber-genre percintaan ABG seperti ini, tapi Eclipse relatif lebih okey ketimbang Twilight dan New Moon. Hanya saja, personally, New Moon -lah film yang paling berkesan buat saya -bukan karena filmnya, tapi karena saat itu saya nonton dengan orang yang sangat spesial di hati saya… J

Masih tentang Eclipse. Beberapa alasan melandasi statement saya bahwa Eclipse relatif “lebih bagus” dibanding kedua film sebelumnya: selain action-nya yang lebih seru, konflik percintaannya yang lebih complicated, pemilihan angle pengambilan gambar yang bagus, dan (yang paling saya suka) adalah pemilihan kata (diksi) di setiap adegan percakapan yang lucu, pas, dan meaningfull. Salah satu memorable quote saya adalah kalimat-kalimat yang saya tuliskan pada bagian awal tulisan ini.

Lantas, apa hubungan kata-kata Jesicca dengan tulisan saya kali ini? Bagi saya kalimat-kalimat di dalam pidato Jesicca, menyiratkan beberapa pemahaman mengenai kehidupan, paling tidak adalah cara pandang seorang ABG terhadap kehidupan. Saya bukan seorang psikolog, juga bukan seorang yang religius, saya hanya seorang yang ”kadang” menyenangi proses refleksi. Tidak lebih.

Dalam perjalanan kehidupan manusia, sudah semestinyalah setiap orang mengalami pertumbuhan pemahaman. Apabila disusun dalam bentuk leveling, fase-fase pemahaman tersebut bisa dikategorikan ke dalam tiga fase sebagai berikut:

Fase 1: fase kanak-kanak
Fase ini adalah fase mereplikasi atau meniru values orang lain. Di sini, kemampuan manusia masih berkisar pada “sekedar’ mendengar apa kata orang, dan ”sekedar” melihat apa yang dilakukan orang. Dia belum bisa mendefinisikan secara personal nilai-nilai yang cocok untuk dipegangnya, belum ada proses menginternalisasi nilai.

Fase 2: fase ABG
Lebih jauh dari fase sebelumnya, di fase ini, orang bukan hanya sekedar meniru, tapi mulai melakukan “tes uji” kesesuaian nilai-nilai tersebut buat dirinya, sebuah proses pencarian. Curiousity yang meledak-ledak menyebabkan manusia di fase ini seolah memiliki energi sangat besar untuk mencoba banyak hal, termasuk melakukan sesuatu yang melanggar norma. Fase ini adalah fase dimana “kesalahan” sering kali ditoleransi dengan justifikasi “wajar, namanya juga anak muda”. Prinsipnya, proses ini adalah baik bila: 1) dimaknai sebagai sebuah proses mapping values berikut konsekuensi yang menyertainya; dan 2) bila juga dilakukan proses internalisasi nilai dan analisis kesesuaian nilai. Sebaliknya, proses ini menjadi kurang baik ketika terlalu mengedepankan/mengejar kesenangan tanpa menghitung konsekuensinya. Beberapa orang yang terlalu “asyik” di fase ini justru menjadi lost dalam proses pencariannya dan tidak pernah ”nyampe” pada fase selanjutnya. Bahan hasil mapping values dan konsekuensi yang didapatkannya di fase ini mestinya menjadi bekalnya untuk menjalani fase selanjutnya dengan baik.

Fase 3: fase dewasa
Pada fase ini, orang mulai mampu mengontrol dirinya, orang mulai banyak berfikir bahwa hidup bukan hanya tentang kesenangan semata, tapi lebih dari itu adalah menyoal kebermanfaatan. Berkarya adalah hal yang menandai fase dewasa seseorang, sebuah proses untuk memberikan kebermanfaatan sebesar-besarnya bagi lingkungan sekitarnya.

Adalah “baik” bila umur biologis kita berjalan seiring dengan fase-fase ini, karena itu berarti kita tidak “tersesat” di sebuah fase. Permasalahannya, seringkali fase-fase ini juga tidak ada hubungannya dengan umur biologis manusia. Seorang dengan umur biologis tergolong dewasa bisa saja lost di fase kedua, dan tidak pernah mencapai fase ketiga. Ini menyedihkan. Untuk itu, coba kita cek kembali hidup kita, bila dalam hidup kita masih berfikir ”yang penting gue happy”, mungkin kita perlu berefleksi lagi, karena sebenarnya, ”karya” lah yang mendefinisikan seberapa bermakna kehidupan yang kita jalani saat ini.

Sebagai penutup, andaikata suatu hari Jesicca kembali berpidato dalam reuni sekolahnya 15-20 tahun kemudian, pidatonya mungkin akan berbunyi:

....It clearly seems to me that questions are part of every phase of our life... hehehe.. When we were five, people asked us what we wanted to be when we grew up. Our answers were things like, astronauts, president... or in my case, a princess. When we were ten, they asked again. We answered, a rock star, cowboy, or in my case, a gold medalist. When we were twenty, they asked again. We answer: Who the hell knows? It was because we were in the long journey in fulfilling our curiousity and definitely didn’t know where we would ended up. Testing values and trying to figure out weather they were suitable for us or not. We became “persuer of fun” along the way we go. Now that we're grown up, they want a serious answer. And we can say that life is not about fun at all, it’s about giving your life to others. The bottom line of this is that” its what you do that defines you... .

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun