Pada sisi lain Pemerintah dengan bangga menyatakan bahwa jumlah rakyat miskin makin berkurang. Faktanya ketika Pertamina mengeskalasi harga elpiji 12 kg, rakyat mencak-mencak dan bernarasi. Pemerintah pun turun tangan sebagai Pahlawan Kemalaman yntyk membantu rakyat,
Secara akal sehat kalau selama ini Pemerintah mengungkap dengan semangat 45 bahwa jumlah rakyat miskin berkurang, apakah mungkin rakyat miskin tersebut menggunakan elpiji? Lantas kalau mareka dikategorikan sebagai rakyat mampu, apakah mungkin mareka tidak mampu membeli elpiji yang harganya dalam kisaran angka Rp 100 ribu hingga Ep 150 ribu?
Aksi heroik yang dilakukan Pemerintah yang terkesan seolah-olah membela rakyat banyak membuktikan bahwa Pemerintah tidak konsisiten dengan data yang selama ini mareka ungkapkan dan banggakan kepada rakyat bahwa rakyat miskin berkurang adalah retorika belaka dan delusi tanpa argumentasi yang berfakta dan hanya menyenangkan rakyat saja demi sebuah pencitraan semu. Sungguh amat ironis.