Pertanyaan kita adalah apakah Ahok memang melawan mitra kerjanya DPRD? Atau apakah Ahok kembali tak menyelesaikan amanahnya sebagaimana yang pernah diaksikan Ahok sebelum menjadi Wagub Dan Gubernur DKI?
Kita tahu track record Ahok saat menjabat anggota DPRD Belitung Timur (Beltim), Bupati Beltim dan anggota DPR yang tak diselesaikan Ahok.
Dalam kapasitas sebagai anggota DPRD Beltim, Ahok justru mundur karena mencalonkan diri sebagai Bupati Belitung Timur. Belum genap 3 tahun sebagai Kepala daerah, Ahok kembali mengundurkan diri saat maju dalam Pemilihan Gubernur Provinsi Bangka Belitung tahun 2007 silam. Bersama duetnya Eko Cahyono, Ahok yang didukung partai Gurem harus menyerah dalam PilGub yang dimenangkan Eko Maulana Ali (Alm).
Demikian pula ketika menjabat sebagai anggota DPR RI Dapil Bangka Belitung dalam Pileg 2009 lalu, hanya bertahan 3 tahun Ahok kembali mundur karena ikut bertarung dalam perhelatan demokrasi Pilgub DKI bersama Walikota Solo Jokowi.
Kini sebagai rakyat kita mulai bertanya-tanya apakah Ahok akan kembali ke tabiat lamanya mundur sebagai pemegang amanah rakyat?
Dalam konteks sebagai anggota DPRD Beltim, mundurnya Ahok untuk maju dalam Pilkada Beltim tahun 2005 adalah sesuatu yang harus dilakukan Ahok mengingat Kepala Daerah adalah pengambil kebijakan sehingga keinginan Ahok untuk mensejahterakan rakyat bisa dieksekusinya. Ini sangat berbeda saat Ahok sebagai anggota DPRD Beltim yang tak bisa mengeksekusi.
Saat Ahok mundur sebagai Bupati Beltim dan maju dalam pesta demokrasi Pilgub Bangka Belitung tahun 2007 lalu, Ahok ingin menunjukan kepada masyarakat bahwa seorang pejabat publik tidak bisa jabatan rangkap saat maju sebagai kandidat Gubernur. Sebuah pembelajaran politik yang luarbiasa dari Ahok untuk demokrasi bangsa ini.
Sementara saat berkapasitas sebagai anggota DPR RI, Ahok mundur karena bangsawan pikiran bangsa dari Bangka Belitung itu pindah ke Partai Gerindra yang mengusungnya sebagai Cawagub bersama Jokowi.
Kini momentum Ahok untuk mundur tak ada lagi. Pemilihan Presiden masih lama. Apalagi masa bhakti Ahok sebagai Gubernur akan berakhir tahun 2017. Dan momentum Pilpres tahun 2019. Tentunya interval waktunya sangat lama. Ini sangat berbeda ketika Ahok mundur saat pemilihan Bupati dan meninggalkan kursi orang nomor satu di Beltim untuk maju dalam Pilgub Bangka Belitung tahun 2007 silam. Demikian pula ketika Ahok mundur sebagai anggota DPR RI saat maju sebagai Cawagub DKI yang bersamaan waktunya tanpa interval lama.
Sebagai bangsawan pikiran bangsa yang sudah melanglangbuana dalam jagad perpolitikan nasional, saya sungguh yakin Ahok akan terus menyelesaikan masa baktinya sebagai Gubernur DKI hingga berakhir masa jabatannya. Apalagi sebagai pengganti Jokowi, Ahok mempunyai tugas untuk melanjutkan program kerja yang telah mareka berdua canangkan dalam Pilgub dua tahun lalu untuk masyarakat Jakarta untuk Jakarta Baru.
Dan bagi Ahok keinginannya untuk menjadi Gubernur telah terwujud disaat kekalahan dalam Pilgub Bangka Belitung tahun 2007 lalu.
Kini adalah momentum Ahok untuk tampil trengginas dalam menjalankan amanah rakyat DKI hingga selesai tanpa reserve. Dan itu telah ditunjukan Ahok dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja transparan untuk rakyat yang telah memilihnya.
Jadi menurut saya pribadi adalah sesuatu banget kalau Ahok tiba-tiba mundur dari kursi nomor satu di Pemprov DKI. Tapi siapa tahu. Mana bisa kita menebak hati seseorang. Bisa jadi Ahok Mundur ketika Jokowi menawarinya kursi Menteri. Bukankah tadi pagi Ahok ketemu Jokowi. Apalagi isu resufle kabinet Kerja Jokowi sudah menggema selaras dengan kinerja para menteri Kabinet Jokowi yang mulai tak menjawab impian. Salam Junjung Besaoh...(Rusmin)