Percaturan politik di dunia saat ini terlalu didominasi oleh pria, tak jarang dalam dominasi tersebut dibarengi dengan tradisi patriarki yang sedemikian kuat. Hal demikian kiranya menyulitkan perempuan dalam mengadvokasikan hak-haknya. Oleh sebab, jangankan untuk mengadvokasikan haknya, representasi kelompoknya saja sulit untuk direalisasikan dengan mumpuni. Apalah arti demokrasi jika kelompok mayoritas terlalu menguasai tanpa hadirnya kelompok lain yang mengimbangi, kondisi demikian lebih tepat jika disebut mayoritarianisme. Padahal jika menilik dari sejarah, sebenarnya banyak pemimpin perempuan yang juga kompeten dalam memimpin, hanya saja bias sejarah memang lebih menguntungkan pihak patriarki dan mengarahkan perempuan pada pekerjaan domestik semata.
KEMBALI KE ARTIKEL