Ini gelanggang para manusia setengah dewa yang kehilangan percakapan di antara membabi butanya keramaian. Membiarkan rimba belantara tumbuh di tengah kota. Tanpa harus menanam apalagi mesti menyiram. Cukup dengan membuat pasal-pasal aniaya berjalan pongah di sela-sela khalayak sumpah serapah.
Cukup dengan satu kata. Cukup dengan sekali tatap muka. Cukup dengan senyuman penuh cinta. Cukup dengan tatapan setulus hati. Barangkali sarkasme ini bisa berhenti.
Barangkali. Karena semua itu belumlah terjadi. Â
Jakarta, 2 Oktober 2019
KEMBALI KE ARTIKEL