Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Skeptisme Kota

5 November 2018   21:46 Diperbarui: 6 November 2018   04:44 947 20
ini tentang kota yang berniat bunuh diri. Anak-anaknya kehabisan darah dilanun waktu. Lahirlah muka-muka pucat tak bertenaga. Kehabisan daya listrik di jantung yang berdegup seadanya.

sama dengan ibunya. Juga menunggu mati.

kota-kota yang menumbuhi janggut negara adalah kota yang disiapkan untuk jadi jagal. Penghuninya tak lebih dari sapi-sapi yang digemukkan makanan instan. Pas perayaan, diseret ke tiang gantungan.

bukan disembelih. Karena semua orang tak tahan suara merintih-rintih. Lagipula pisau-pisau tak bisa lagi ditajamkan. Hanya bisa sekali pakai. Setelah digunakan langsung digadai.

hari-hari di kota layaknya melihat ke dinding dengan almanak yang diludahi. Tak ada yang bisa dinikmati. Mau kembali ke desa takut dikebiri. Menolak bergumul kembali dengan gatalnya batang-batang padi.

kota itu makan dan membuang kotoran di tempat yang sama. Cuma sedikit tersamarkan. Sehingga yang nampak adalah kemewahan. Karena itu kalau mau melihat utuhnya kota jangan masuk pintu depan. Mengendap-endaplah dari pintu belakang.

kamu akan tahu yang sesungguhnya. Lalu kamu meracau sejadi-jadinya. Menganggap kota sebagai penipu berintelektual tinggi. Sekaligus penyamun tak berhati. Dan kamu ingin sekali membunuhnya. Tapi bersumpah tak mau menguburnya.

Pekanbaru, 5 Nopember 2018

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun