Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Pintaku Kepada Tukang Kembang

1 November 2018   10:37 Diperbarui: 1 November 2018   10:57 297 11
aku serahkan. Separuh hatiku yang berlubang. Kepadamu wahai tukang kembang. Tolong tambal dengan bunga sepatu. Yang habis disinggahi kupu-kupu. Aku hendak mencuri waktu dari situ. Setidaknya seminggu.

tujuh hari yang akan aku habiskan untuk menuliskan bait-bait puisi tentang pulang. Atas tersesatnya elang di padang ilalang, lebah yang dibutakan asap sehingga tak hafal lagi mana pohon Sialang, juga serombongan ikan Bilis yang kehilangan hulu sungai akibat banyaknya pohon dipaksa tumbang.

separuh hati lainnya aku sumbang. Untukmu wahai tukang kembang. Tolong letakkan di musim bunga kopi. Supaya aku selalu berhati-hati. Saat duduk di hadapan tungku. Panasnya mudah saja menjilat ujung lidahku.

lantas saja aku memaki-maki. Segala perihal yang membuat bumi ini berniat bunuh diri. Terumbu karang yang berkelojotan, anak-anak ikan yang bermatian, juga rasa asin yang bercampur dengan bau Alkana, setelah bercangkir minyak mentah tumpah di lautan yang tak bisa berbuat apa-apa.

semua hatiku sudah aku serahkan kepadamu wahai tukang kembang. Sekarang terserah kepadamu apa yang akan kau lakukan. Membuangnya ke selokan agar larut bersama bermacam kotoran, atau kau gali lubang lalu kau tancapkan batu nisan.


Jakarta, 1 Nopember 2018

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun