Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi│Penobatan Sajak dan Puisi

21 Oktober 2018   07:58 Diperbarui: 21 Oktober 2018   12:39 252 5
Aku ingin menobatkan puisi. Bersanding dengan para tuan puteri. Keturunan istana yang menjunjung tinggi silsilah raja-raja. Dengan atau tanpa mahkota di kepalanya.

Aku ingin sajak-sajak bertahta. Atas rakyat yang ditindih. Perihnya ketidakadilan. Tumpulnya peradaban. Dari para penguasa yang memelihara singa. Sebagai hulubalang mereka.

Puisi adalah makhluk jadi-jadian. Jelmaan hujan, bulan dan teriak kesakitan.

Sebagai hujan, puisi menjadi gerimis, mengirimkan daya magis, menghentikan segala bentuk tangis. Sebagai bulan, puisi menabur temaram, pada hati yang menggelap kelam, kembali tergerak untuk menyulam kegembiraan. Dalam teriak kesakitan, puisi adalah luka, sekaligus pembebatnya, hingga pulih sedia kala.

Sajak adalah terjemahan. Pikiran yang terlunta-lunta. Sehabis mengembara. Di gurun, gunung, dan lautan.

Di gurun, sajak berbincang tentang kaktus, bersama durinya menusuk udara kering, agar turun kabut tak semestinya, memandikan mereka. Di gunung, sajak menuruni kawah yang kehilangan sengat, tinggal sisa bau menyengat, belerang yang dipanen para pejuang hebat. Di lautan, sajak adalah karang yang kukuh dan badai yang tak mau runtuh, sekaligus cuaca biru, khusus untuk nelayan yang sedang berburu.

Penobatan sajak dan puisi. Dilakukan di pagi hari. Ketika orang-orang merasa sangat merdeka. Memutuskan sendiri nasib mereka.

Tanpa campur tangan pemaksa, penguasa, serigala dan segala macam atributnya.


Bogor, 21 Oktober 2018


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun