Suara cicak yang sedang saling pagut di dinding rumah tahanan itu membuat Prolet terbangun. Sesungguhnya dia tidak bisa tidur. Hanya matanya saja yang terpejam. Pikirannya mengembara ke tempat tempat tandus tak bertuan. Mengukur setiap bulu di tubuhnya sebagai liku liku perjalan nasib.
KEMBALI KE ARTIKEL