Membaca berita ini saya teringat tempat tinggal saya di desa (Ajinembah Simalem -Tanah Karo) yang aman, tentram dan ramah. Dibalik keramahan itu tersimpan rasa kekeluargaan yang kuat. Pernah sekali terjadi tawuran antar desa karena sepupu saya yang gadis diganggu oleh pemuda desa tetangga. Saya masih ingat telah terjadi kesepakatan antara ketua adat bahwa pemuda tetangga mau minta maaf dan datang ke desa saya. Hal itu tidak pernah terelisasi karena adanya “kompor” dari “PREMAN KAMPUNG”, salah satu jorgannya waktu itu “masak disiulin doank adeknya nangis, trus lo digebukin sampai diurut”, cukup sudah kita mengalah selama ini, apa sih hebatnya pemuda desa ajinembah itu. Karena sifat kekeluargaan tadi semua merasa bertanggung jawab jika salah satu warganya diperlakukan secara tidak adil maka bisa dibayangkan tawuranlah yang terjadi, berapa banyak kerugian yang didapat dari tawuran tersebut.