Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Fokus Benar

28 Januari 2015   18:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:13 46 1
Putra saya berjalan keluar dari tempatnya belajar seminggu sekali. Air mukanya terlihat redup meski tubuhnya masih tegap. Di matanya bisa kau lihat rasa sakit yang mengambang bersama jernihnya air yang, jika kau tidak hati-hati, hanya kau anggap sambil lalu saja. Saya tidak perlu bertanya. Cukup dengan senyum yang sedikit terpaksa, dia tahu bahwa saya tahu. Ini bukan yang pertama terjadi. Dari pantulan rear mirror, dia melihatku dan ikut tersenyum, meski tentu saja bisa kau lihat ada getir di sana. Jadi, saya hanya mengemudi pulang, in silence. Sesampainya di rumah, saya langsung melihat hasil pekerjaannya hari itu. Dari halaman ke halaman dan ke halaman yang lainnya dan terus yang lainnya, yang hanya hari ini saja dikerjakan, putra saya tidak melakukan banyak kesalahan. Bahkan jika dihitung dari satu baris soal setengah halaman, tidak ada kesalahan yang melebihi jumlah jari di satu tanganku ini. Jadi persoalannya hanya satu saja. Kesalahan putra saya ada di tipe soal yang sama. Jadi, dengan perbandingan jumlah benar dan salah, apakah yang salah yang tetap harus diberikan porsi perhatian yang lebih besar?

Well, saya jadi berpikir, selama ini apakah kita semua juga memiliki kecenderungan yang sama ya? Tak peduli seberapa banyak yang benar, kalau ada yang salah itu yang pantas diperbaiki. Yang membutuhkan perhatian lebih. Jadi, fokus justru lebih besar pada yang salah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun