Indonesia, sebagai Salah satu negara demokrasi terbesar di dunia ini akan melakukan pesta demokrasi yang bernama pemilu. Ibarat sepak bola, para peserta pemilu memiliki berbagai macam strategi untuk memenangkan hati rakyat. Mulai dari kampanye "positif" sampai kampanye "negatif". Sebuah hal lumrah dalam sebuah proses demokrasi.
Kampanye Negatif seyogyanya adalah usaha untuk menjatuhkan potensi politik dari peserta pemilu. Berbagai fakta dan data tentu harus digunakan untuk kampanye negatif. Bagi negara-negara yang sudah mapan dalam demokrasi, kampanye negatif artinya menyerang rival politik dengan isu valid dan bukan gosip dengan tujuan untuk menjatuhkan pamor sang rival politik.
Di Indonesia, ada 3 partai yang mendapatkan kampanye negatif. Gerindra dengan isu pelanggaran HAM Prabowo Subianto selaku jago dari Gerindra. PDIP dengan kasus Jokowi yang dianggap pragmatis, dan Golkar dengan isu ARB yang pergi ke Maladewa dengan Zalianty bersaudara. Tiga partai ini mendapat serangan dari berbagai arah. Namun apa yang terjadi? Ketiga partai ini malah mendapatkan keuntungan popularitas dimata para pemilihnya.
Golkar dan PDIP yang diserang paling keras menurut saya, malah menjadi pemuncak klasemen perkiraan dalam Pemilu 2014. Sedangkan Gerindra, masih bercokol di posisi 3 karena perilaku tidak bisa menahan emosi dari Prabowo yang sering meledak ketika diserang oleh rival politiknya.
Golkar dan PDIP memang diserang oleh berbagai pihak. Namun berdasarkan rilisan survey terbaru yang dikeluarkan oleh LSI, Golkar dan PDIP menjadi pemuncak dalam Pemilu 2014. Bahkan Golkar jika dihitung masih unggul dari PDIP, alias Golkar yang akan menjadi Pemenang pemilu 2014.
Peneliti senior LSI Adjie Alfaraby kepada pers di Jakarta, Rabu mengatakan, terhadap pertanyaan jika pemilu dilaksankan pada 22--26 Maret 2014 kepada responde, maka Partai Golkar memperoleh 21,9 persen suara, PDIP (21,1 persen), Partai Gerindra (11,1 persen) dan Partai Demokrat (7,6 persen).
Selanjutnya, PKB (5,9 persen), PKS (5,2 persen), Partai Hanura (4,5 persen), Partai NasDem (4,3 persen), PPP (3,4 persen), PAN (3,0 persen), PBB (0,9 persen), dan PKPI (0,5 persen). Sedangkan 10,6 persen suara lainnya, masih belum memutuskan pilihan.
Survei LSI dilakukan pada 22--26 Maret 2014, menggunakan metode "multistage random sampling", jumlah responden 1.200 orang, dengan wawancara tatap muka responden, serta tingkat kesalahan (margin of error) sekitar 2,9 persen.
Partai Golkar yang beberepa pekan teraterus dihantam kampanye negatif melalui pemberitaan Aburizal Bakrie bersama dua orang artis kakak beradik dan rombongan. Namun nyatanya, kalau Pemilu diadakan hari ini, Golkar tetap akan keluar sebagai pemenangnya dengan meraih 21,9 persen suara atau merupakan urutan pertama.
Sedangkan PDIP yang juga mendapatkan serangan kampanye negatif, kata Adjie, melalui isu Pengingkaran Perjanjian Batu Tulis, isu Korupsi Pembelian Busway, dan isu Ingkar Janji Jokowi Memimpin Jakarta Selama 5 Tahun, ternyata PDIP mendapatkan suara 21,1 persen.
Kemenangan Golkar, menurut saya dikarenakan visi dan misi Golkar dalam Pemilu 2014 ini mampu diserap dengan mudah oleh rakyat dari semua kalangan. Kalau melihat visi-misi Golkar sudah partai ini yang sudah sampai tahun 2045 tentang negara kesejahteraan yang di posting di website resmi Partai Golkar, yaitu ketika Indonesia 100 tahun merdeka. Jika perkiraan dari LSI ini benar, maka semboyan Golkar yang kerap diucapkan oleh ARB "langit memang masih biru, namun padi telah menguning sampai ke pelosok desa" akan menjadi kenyataan. Apalagi, bulan April adalah masa panen padi dimana semua menguning. Kita tunggu saja tanggal 9 April yang tinggal 6 hari ini.
Harapannya, siapapun pemenangnya bisa menjadi pihak yang mencerdaskan dan mensejahterakan Indonesia.