Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Ingat Redenominasi Bukan Sanering

10 Desember 2012   03:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:55 1079 0
Pemerintah RI mulai tahun 2013 menerapkan langkah-langkah terkait rencana redenominasi.

Mall, supermarket, dan pedagang lainnya dihimbau agar memasang harga dengan dua versi.

Misalkan harga baju yang dijual adalah Rp100.000 maka pihak mall atau pedagang mesti memasang harga Rp100.000/Rp100

Seperti biasa banyak pro dan kontra. Saya termasuk yang pro. Mengapa?

Karena redenominasi beda dengan sanering yang pernah dilakukan pemerintah RI pada zaman era Presiden Soekarno di tahun 1965.

Masyarakat Indonesia yang pernah mengalami sanering, tentu mengalami trauma jika mendengar kata pemotongan nilai uang.

Tapi Redenominasi sangat berbeda dengan Sanering. Redenominasi juga beda dengan devaluasi atau revaluasi.

Redenominasi adalah praktik pemotongan nilai mata uang suatu menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Jadi penerapan redenominasi hanya menerapkan penulisan uang yang berbeda.

Sementara devaluasi atau revaluasi adalah menyesuaikan nilai mata uang dalam negeri dengan menurunkan nilainya terhadap mata uang asing atau acuan. Misalnya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Devaluasi dilakukan karena kurs yang dipakai sudah tidak mencerminkan nilai tukar riil uang itu sendiri, sehingga ketika nilainya dipatok pada angka tertentu maka pemegang otoritas seaktu-waktu harus menyesuaikan dengan nilai tukar riilnya. Pemerintah orde baru sering melakukan devaluasi dengan menerapkan kurs tetap.

Sanering adalah praktik pemotongan harga jika terjad hiperinflasi di perekonomian negara. Jika pemerintah menerapkan sanering, masyarakat yang mempunyai atau menyimpan uang sangat dirugikan. Jika sanering terjadi, banyak masyarakat yang jatuh miskin.

Indonesia masuk peringkat ketiga di dunia sebagai negara yang memiliki pecahan uang besar yakni Rp100.000. Negara lainnya adalah Vietnam dengan uang pecahan sebesar 500 ribu Dong. Sedangkan negara yang pernah menduduki peringkat pertama adalah Zimbabwe yang memiliki uang pecahan dengan nilai 10 juta dollar Zimbabwe (juga pernah menerapkan sanering).

Secara teori ekonomi, sanering tidak memiliki dampak apapun. Secara psikologis mungkin. Bayangkan sebelumnya anda memiliki gaji Rp10 juta Maka setelah sanering, anda hanya bisa mengatakan gaji anda sebesar sepuluh ribu rupiah.

Untuk itulah pemerintah mempunyai langkah-langkah dalam menerapkan sanering.

1. Pada tahun 2011-2012, pemerintah sudah melaksanakan sosialisasi intensif ke masyarakat dan dunia usaha.

2. Pada tahun 2013-2015. BI mulai pelan-pelan menarik uang rupiah yang lama dan lusuh. Meski uang lama masih berlaku, Rupiah baru pun mulai dicetak dengan penanda kata ‘BARU’. Label harga atau jasa sudah menggunakan dua versi, seperti yang telah dijelaskan di atas.

3. Selanjutnya pada tahun 2016-2018, seluruh uang kertas lama lama ditarik dan uang baru mulai berlaku.

4. Pada tahun 2019 – 2020, pemerintah mulai menarik uang berlabe ‘BARU’ dan menggantinya dengan uang tanpa tanda ‘BARU’.

Masyarakat sesungguhnya tidak perlu khawatir atau takut dengan rencana BI dan pemerintah ini. Begitu juga dengan anggota dewan terhormat. Jika sanering dilakukan, kita tidak perlu mempunyai bergeplok-geplok dengan nilai yang sebenarnya kecil.

Saat kita menukarkan uang atau membeli barang yang nilainnya dolar, kita tidak akan menyebut berjuta-juta meski nilainya tetap jutaan 

Suka tidak suka, Sanering juga menaikkan gengsi kita di dunia. Indonesia pun tidak dikenal dengan negara yang nilai tukar uangnya sangat rendah.

Negara yang pernah menerapkan Sanering adalah Turki, Romania, Polandia, dan Ukrania serta negara yang gagal seperti Rusia, Argentina, Brasil, dan Zimbabwe.

Kegagalan beberapa negara dalam menerapkan redenominasi adalah waktu penerapan yang tidak tepat. Negara Zimbabwe menerapkan Redenominasi saat kondisi perekonomiannya tidak stabil dan mengalami inflasi yang tinggi. Akibatnya meski sudah diterapkan redenominasi namun nilai tukar tetap saja rendah. Hingga membutuhkan uang dengan nilai besar untuk melakukan transaksi perdagangan atau bisnis lainnya.

Mari kita berpikir jernih dalam menyambut penerapan redenominasi seperti efisiensi dalam transaksi jual beli dan penghitungan uang, baik melalui alat elektronik atau menghitung manual. Tentunya kita mesti membiasakan diri dengan hadirnya mata uang sen sebagai nilai terendah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun