Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

"Mata Air Mata Itu..."

17 September 2012   17:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20 155 2
[caption id="" align="aligncenter" width="290" caption="Ilustrasi: http://lakonhidup.wordpress.com"][/caption] Angin semakin keras kejayaan matahari semakin memuncak menembus dimensi disini fatamorgana sering bermain dalam mata-mata rindu inikah 2012-nya Mamah Laurent? Wallahu alam. Ini ujian, sodara-sodara. Aku hampir lupa bagaimana cara anak-anak menikmatimu dengan gelitik tawa riang, engkau basuh luka diantara mereka menyambutmu dengan hangat. meski genangan yang nyata, engkau adalah percikan dingin dari evaporasi lebih dingin dari cahayanya. Aku hampir lupa melihat rumput tetangga yang hijau lebat dan lebih hijau dari rumpu dirumah, seperti dulu Hanya dedaunan kering yang sering kusapu setiap sore dihalaman rumah dengan tiupan angin yang membuyarkan imajinasi. Aku hampir lupa tentang fenomena gadis-gadis yang mencuci pakaian dan mandi di sungai bersama teman sebaya, berbagi cerita, berbagi kasih, suka dan duka Bahkan peristiwa selendang salah satu bidadari yang diambil Jaka Tarub menjadi sulit dipercaya Walau nyata  mereka terselip dalam maya sementara, mungkin. Sayang, apakah ini merupakan pemandangan mahal yang tak bisa kujumpai lagi? raut wajah riang anak-anak tak lagi kudengar bersamamu mirisnya menyaksikan tetumbuhan menjerit kehausan hilangkah deras air sungai yang mulai ditinggalkan para gadis desa. dimana lagi akan kutemukan ahh.. aku terlalu banyak mengeluh menginginkanmu Ini bukan bencana baru yang dialami oleh makhluk hidup, zaman para nabi pun mengalaminya selama bertahun-tahun bahkan beresiko mengalami kelaparan. Tapi, mereka tetap tabah,

----------------- 17 September 2012 Ummie S. Wahiuney
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun