Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

“Aku Bertanya pada Langit Tua Tak Ada Jawabnya”

5 September 2012   17:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:52 262 8
ilustrasi

Sepertinya, kau terlalu lama menahannya

Alasan apa hingga ia kau jadikan tawanan?

Sedangkan mereka lebih-lebih membutuhkannya.

Aku pikir ini amanah untukmu.

Tidakkah kau tahu bunga-bunga disebrang sana

Kolam ikan yang mulai menyusut, menjadi derita sahabatku

Mereka selalu setia menanti kebijakkanmu

Mengelusimu hingga perlahan merayu-rayu.

Dengarkanlah sederet tanya yang membusa ini!

Mengapa kau membisu?

Bisu itu bukan jawaban, sayanng.

Kami butuh kepastian, terlebih aku.

Sadarlah! Ini bukan Juni, ini September.

Masih lekat diingatanku

Dulu, guruku mengajarkan trik menghafal bulan hujan,

“Bulan yang berakhiran ‘ember’ adalah bulan hujan”,

Apakah  bulan depan bulan kebebasannya?

Jika begitu,  haruskah aku menunggu lagi?

Sembari menyiapkan, payung usamku yang dimakan karat,

menyiapkan jas hujanku yang buluk itu, dan

menata genteng-genteng yang bocor.

Hingga sampailah bulan ‘ember-ember’ tiba.

Aku seperti pejalan kaki pencari keadilan

yang dipertemukan dengan Presiden.

Tasikmalaya, 6 September 2012

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun