Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

"Bahumu Miring Karena Aku"

6 September 2012   19:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:50 390 5
Aku pergi sejenak dan tertahan dalam kodrat

Mengeringlah kulit-kulit yang menua


Seiring mengusik dan membakar pori-pori


Ditangan laut, aku direnggut matahari


Temukan aku dan sedikit butiran dari sisa tubuhku!



Hingga otot-otot kekarmu mulai melemah, Pak


Langkahmu masih Ikhlas demi si kecil dirumah


Kau seolah petarung dalam sebuah peperangan


bukan dengan panah-panah pendekar dikebanyakan


bukan pula dengan bambu runcing sebagai alat perjuangan


hanya tiang jemuran dibelakang sebagai penopang cangkangku.



Sabarlah, Pak!


Siti Hajar pun lebih dulu mengalaminya


Ia berlari-lari dari Safa ke Marwah untuk si kecil Ismail


Demi menjaga buah hati dan amanah-Nya


Hingga Allah menciptakan sumber kehidupan di kaki Ismail.



Akukah yang kau idamkan, Pak? seperti zam-zam milik Ismal?


bersediialah menungguku sampai Induk-indukku dipersatukkan angin,


dan ketika matahari yang cantik bersedia menjadi bidan,


atau kesediaan suster penjaga malam yang akan mengiringiku,


dinasnya,  mengembalikan zatku yang utuh.



“Aku lahir kembali, Pak. Aku siap merehat bahumu yang mulai condong,”




KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun