Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Cinta atau Citra? Wapres Ma'ruf Amin dan Para Pejabatnya Tilik Korban Erupsi Gunung Semeru di Lumajang

14 Januari 2022   14:31 Diperbarui: 14 Januari 2022   14:47 204 2
Cinta atau Citra? Wapres Ma'ruf Amin Tilik Korban Erupsi Gunung Semeru di Lumajang

Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menilik para korban erupsi Gunung Semeru pada Jumat, 14 Januari 2022.

Diketahui, Ma'ruf Amin memiliki sejumlah agenda kunjungan kerja (kunker) selama berada di Jawa Timur, seperti ke Madura dan Lumajang.

Berdasarkan informasi di lapangan, Wapres juga meninjau hunian sementara atau tempat penampungan massal para korban yang berlokasi di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.

"Iya benar, Wapres datang ke sini ramai-ramai," kata Atok Rahmatullah, salah satu relawan

Cinta atau Citra?.

Terlepas dari tugas negara atau pun perihal kemanusian, fenomena blusukan langsung ke lokasi terdampak bencana seolah menjadi budaya baru.

Berdasarkan pengamatan para ahli, dari tiga proses pilkada yang telah dilewati Presiden Jokowi, berhasil melahirkan model politik baru.

Jokowi yang gemar blusukan atau menilik langsung ke lokasi telah menciptakan pro dan kontra di tengah masyarakat.

Ada beberapa pihak yang menganggapnya hanya merupakan strategi pencitraan, sebagian yang lain setuju karena melihat blusukan merupakan cara Joko Widodo untuk bisa lebih dekat dan aspiratif ke rakyat.

Cara ini ampuh sekali memikat hati rakyat, terbukti hasil dari Lembaga Survei Indo Barometer menunjukkan Jokowi menempati urutan ke-2 presiden yang paling banyak disukai rakyat.

Sedangkan di posisi puncak dihuni oleh, Presiden Soeharto.

"Presiden paling banyak disukai adalah Soeharto 23,8 persen, disusul Joko Widodo 23,4 persen," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari.

Bedanya, Soeharto dulu dicintai karena rakyat merasa, seluruh fasilitas untuk rakyat sangat lengkap. Mulai dari sekolah, rumah sakit, dan pelayanan publik.

Sedangkan Jokowi? Tentu, terciptanya kembali hubungan antara pemimpin dan rakyat yang sempat hilang dalam periode-periode sebelumnya.

Cara Jokowi memenangkan hati rakyat pun diplagiat oleh sejumlah pejabat publik. Satu contoh, momen Bupati Luwu dan Satgas PEN bagikan makanan gratis.

Meski dengan pernyataan-pernyataan 'Ini untuk membantu rakyat dan bla, bla, bla' tetap saja ini plagiat cara Jokowi.

Bahkan, saya pun menyoroti statement dari salah satu pejabat yang mengatakan, "Saya bersama Bapak Bupati dan rekan-rekan yang lain membagi-bagikan makanan secara gratis kepada masyarakat kurang mampu atau yang berpenghasilan rendah, seperti tukang becak, tukang ojek, dan penjual buah. Kegiatan Ini akan kita laksanakan setiap Jum'at selama penerapan PPKM"

Mungkin baiknya, tak usah menyebut status, dan profesi seseorang ya. Akan tetapi lebih baik lagi kalau bagi-bagi makanan gratisnya tanpa menggunakan seragam dinasnya.

Dan tak perlu disorot media, menurut saya, jika ingin menaikkan pamor pejabat di panggung politik, maka bukan hanya pintar blusukan, bagi-bagi sembako, dan lain-lain.

Tapi, jawab dengan prestasi politik, misal pendapatan per kapita rakyat dinaikkan. Jumlah pengangguran di Indonesia diatasi.

Kekerasan seksual pun juga harus menjadi sorotan. Bukan malah, oknum bapak pejabat yang terhormat juga ikut menjajal enaknya korupsi.

Ya kapan ada rancangan bakal kelar hal-hal semacam itu. Harusnya mudah ditangani kalau serius dan kebanyakan pencitraan ke publik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun