IPA merupakan ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. IPA diharapkan menjadi wadah bagi peserta didik untu mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta peluang pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Peserta didik sudah sangat dekat konsep-konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA, diketahui bahwa masih banyak peserta didik yang memiliki kemampuan rendah dalam memahami konsep IPA. Sehingga terjadi miskonsepsi dalam memahami materi IPA. Menurut Van Den Berg (1991:1), siswa telah memiliki pengalaman dalam kehidupan sehari-hari yang erat kaitannya dengan pengetahuan IPA. Bersama pengalamannya, peserta didik bisa saja membentuk pemahamannya sendiri berdasarkan intuisi atau konsep awal yang telah dimilikinya. Namun, belum tentu pemahamannya tepat dengan konsep yang sebenarnya. Konsep awal yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah yang sebenarnya disebut miskonsepsi. Menurut Suparno (2005:4), menyatakan bahwa miskonsepsi atau salah konsep merujuk pada salah satu konsep yang tidak sesuai dengan pengerian ilmiah yang diterima pakar di bidang itu.
Penyebab terjadinya miskonsep di SMPN 2 Tanah Abang yang diperoleh melalui wawancara dengan guru mata pelajaran IPA dan pengamatan diantaranya yaitu sebagai berikut.
- Beberapa materi yang bersifat abstrak sulit dipahami dengan hanya menerka-nerka dan membayangkan apa yang belum pernah dilihat dan dirasakan.
- Metode ceramah yang masih dominan digunakan.
- Kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru belum mendukung peserta didik untuk mampu memahami konsep secara konkrit dan kontekstual.
- Tidak melakukan demonstrasi untuk memancing rasa ingin tahu peserta didik.
- Tidak melaksanakan praktikum agar peserta didik merasakan pengalaman secara langsung untuk memahami suatu konsep.
- Model pembelajaran yang digunakan kurang tepat.
Guru dapat melakukan kegiatan remediasi untuk memperbaiki konsepsi peserta didik yang keliru. Tujuan dilaksanakan kegiatan remediasi ini untuk memperbaiki miskonsepsi peserta didik, sehingga konsep yang awalnya tidak sesuai dengan konsepsi ilmuan dapat menjadi sesuai. Proses remediasi yang dilakukan harus meningkatkan hasil belajar peserta didik. oleh karena itu, harus menggunakan metode, model, atau strategi yang dapat membuat peserta diidk tertarik terhadap pelajaran sehingga mereka bersedia untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini, kegiatan remediasi miskonsepi yang dilakukan pada peserta didik di SMPN 2 Tanah Abang, Kabupaten PALI adalah mengenai Suhu dan Kalor. Materi tersebut diberikan kepada peserta didik kelas VII di semester ganjil. Remediasi yang dilakukan berupa pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Menurut Suparno (2013), menyatakan bahwa model PBL merupakan salah satu model yang tepat digunakan untuk mengatasi miskonsepsi karena pembelajaran difokuskan pada pengalaman pembelajaran yang diatur meliputi penyelidikan dan pemecahan masalah.
Untuk mencapai tujuan remediasi miskonsepi materi Suhu dan Kalor, tentu ada tantangan yang dihadapi oleh penulis, diantaranya yaitu sebagai berikut.
Instrumen remediasi miskonsepi.
Penulis harus mengetahui dulu pengetahuan awal peserta didik mengenai Suhu dan Kalor. Sehingga penulis perlu melakukan diagnosis awal menggunakan soal post test yang diberikan diluar jam belajar, beberapa hari sebelum pelaksanaan PPL. Setelah dilakukan pembelajaran, peserta didik diberikan soal-soal khusus post test untuk mengetahui perubahan yang terjadi.
Model Problem Based Learning (PBL).
Penerapan PBL membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam penerapannya, karena ada praktikum dalam proses pembelajarannya. Sehingga penulis perlu membuat alokasi waktu yang tepat, agar peserta didik dapat nyaman dalam pembelajaran.
Perangkat Pembelajaran.
Penyusunan perangkat pembelajaran harus disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan. Dalam hal ini, beberapa hal harus dipertimbangkan dengan baik agar perangkat pembelajaran yang disusun bisa diterapkan dengan baik, diantaranya adalah RPP, LKPD, Bahan Ajar, berbagai Media Pembelajaran yang mendukung dan Lembar Penilaian yang digunakan.
Metode Eksperimen/ Praktikum.
Untuk memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik perlu ada kegiatan praktikum sebagai penyelidikan yang dilakukan oleh peserta didik menyangkut masalah yang disampaikan pada tahap orientasi masalah. Karena tidak pernah melakukan kegiatan praktikum sebelumnya, guru harus memperkenalkan alat-alat praktikum dengan baik dan adanya panduan kerja yang jelas.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan, diantaranya yaitu sebagai berikut.
Berkaitan dengan instrumen remediasi miskonsepi.
Penulis telah menyiapkan butir-butir soal yang disusun berdasakan kajian teoritis terkait berbagai miskonsepsi yang sering terjadi pada materi Suhu dan Kalor. Ada lima konsep Suhu dan Kalor yang diteliti yaitu konsep pengaruh kalo terhadap perubahan suhu benda, pengaruh perubahan suhu bendar terhadap ukuran benda, pengaruh kalor jenis, massa dan perubahan suhu, pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zar dan perpindahan kalor. Konsep tersebut dituangkan ke dalam soal post test dan pre test yang kemudian dianalisis secara sederhana.
Berkaitan dengan model pembalajaran
Penulis memilih model pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif. Dalam hal ini dengan menggunakan model pembalajaran PBL (Problem Based Learnig). Model PBL diawali dengan mencari masalah yang kontekstual dan autentik berada dekat dengan peserta didik. Kemudian peserta didik diminta untuk menemukan penyebab dan solusi dari permasalahan yang tejadi. Penulis juga harus sudah paham dengan sintaks dalam pembelajaran PBL ini, yaitu :
- Mengorientasikan masalah kepada peserta didik
- Mengorganisasikan peserta didik
- Melakukan penyelidikan
- Menganalisis penyelidakan dan menyadikan karya
- Mengevaluasi solusi dari permasalahan.
Berkaitan dengan media ajar
Penulis menggunakan media ajar berupa infokus, laptop, alat dan bahan untuk demonstrasi dan praktiku. Media TPACK juga diterapkan oleh penulis saat menyampaikan beberapa hal menggunakan power point yang didesain menarik serta dilengkapi dengan gambar mendukung. Sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan dan membuatnya lebih menarik.
Berkaitan dengan bahan ajar.
Bahan ajar yang digunakan bersumber dari buku paket yang sudah tersedia di sekolah, buku penunjang lainnya serta bahan ajar yang khusus disiapkan oleh guru. Bahan ajar adalah senjata yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Berkaitan dengan penilaian
Agar pembelajaran lebih bermakna dan untuk menambahkan keantusiasan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran, penilaian yang akan dilakukan diinformasikan diawal pembelajaran pada tahap motivasi. Penilaian dilakukan secara keseluruhan dari ranah kognitif, psikomotor dan afektik sesuai dengan tujuan pembalajaran yang ingin dicapai. Tentunya, instrumen harus lengkap mulai dari kisi-kisi, indikator ketercapaian setiap ranah, dan rubrik penilaian untuk melengkapi penilaian diakhir pembelajaran.
Berkaitan dengan panduan kegiatan pembelajaran
Agar pembelajaran bisa mencapai tujuan yang diinginkan, diperlukan adanya sebuah skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran untuk penulis tertuang dalam RPP sedangkan untuk siswa ada dalam LKPD. Seorang guru yang profesional, sudah seharusnnya menyiapkan pembelajaran dengan baik dengan menyusun RPP dan LKPD sebelum pembelajaran berlangsung. Di dalam LKPD berisi panduan melakukan kegiatan praktikum yang mudah dipahami oleh peserta didik.
Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
Secara umum kegiatan pembelajaran yang berlangsung yaitu adanya aktivitas diskusi antara guru dengan peserta didik maupun diantara sesama peserta didik. Kemudian terdapat kegiatan praktikum untuk penyelidikan. Lalu ditutup dengan aktivitas presentasi hasil diskusi peserta didik.
Berkaiatan dengan kondisi ruangan
Penulis menata ruangan dengan baik mulai dari kebersihan, kerapian, dan keindahan sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang baik serta pembalajaran yang nyaman. Jika pembelajaran tidak dimungkinkan dilakukan di dalam kelas, maka guru bisa mengajak peserta didik untuk menuju lab ruangan atau berpindah ke ruangan lainnya (misal lab IPA atau lab alam/ lingkungan).
Dampak dari aksi yang dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncakan.
Berdasarkan profil miskonsepsi peserta didik sebelum dan setelah remediasi menggunakan model pembelajaran PBL, maka diperoleh selisih antara pre test dan post test seperti ditunjukkan Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah Peserta Didik yang Mengalami Miskonsepi pada Pre Test dan Post Test
No Soal
ΣMiskonsepsi
Pre Test
ΣMiskonsepsi Post Test
Selisih
% Penurunan
1
17
9
8
40
2
12
7
5
25
3
17
8
9
45
4
16
7
9
45
5
15
6
9
45
6
17
5
12
60
7
16
6
10
50
8
13
5
8
40
9
13
4
9
45
10
14
5
9
45
Rata-rata
15 (75%)
6.2 (31%)
8.8
44%
Melalui kegiatan praktik baik ini ditemukan bahwa sebelum diberikan remediasi dengan model PBL, diperoleh rata-rata persentase miskonsepi pada setiap konsep sebesar 75%. Setelah diberikan remediasi dengan model PBL, rata-rata persentase miskonsepsi menurun menjadi 31%. Miskonsepsi pada kegiatan ini adalah kesalahan atau kekeliruan peserta didik dalam menjawab soal pre test dan post test.
Pada kegiatan praktik baik, post test diberikan kepada peserta didik untuk mengetahui perubahan miskonspesi peserta didik. Perubahan yang diharapkan pada kegiatan praktik baik ini adalah perubahan peserta didik pada saat pre test mengalami miskonsepsi dan setelah post test miskonsepsi berkurang. Berdasarkan tabel 3 diperoleh informasi bahwa terdapat variasi penurunan miskonsespsi, misalnya saja pada konsep pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda sebesar 40%. Variasi angka penurunan jumlah miskonspesi ini diduga karena peserta didik masih mempertahankan konsepsi awalnya, ada juga yang konsepsi awalnya benar menjadi salah atau sebaliknya. Adapun rata-rata persentase jumlah miskonsepsi peserta didik pada pre test sebesar 75% sedangakan rata-rata persentase jumlah miskonsepsi peserta didik pada post test sebesar 31%. Sehingga penulis menemukan penurunan persentase jumlah miskonspsi peserta didik sebesar 44%.
Berdasarkan hasil tabel 3, tampak bahwa rata-rata jumlah siswa yang masih mengalami miskonsepsi ada 6 orang. Lalu jika meninjau lebih detik kepada setiap konsep, masih ada anak yang mengalami miskonsepsi cukup banyak.
Efektivitas remediasi menggunakan model PBL pada materi Suhu dan Kalor terhadap penurunan miskonsepsi sebelum dan sesudah remediasi
Remediasi dengan menggunakan PBL dapat dikatakan efektif jika terjadi perubahan konsep pada diri peserta didik. perubahan konsep yang terjadi pada diri peserta didik yang tidak sesuai dengan konsep para ahli menjadi sesuaii dengan konsep para ahli. Adanya perubahan konsep ini tampk pada perbedaan jumlah miskonsepsi yang terjadi sebelum perlakun (pre test) dan setelah perlakuan (post test). Hal ini berdasarkan analisis sederhana yang dilakukan penulis melalui kegiatain praktik baik ini.
Respon dari pihak yang terlibat dalam praktik baik ini.
Ketika melaksanakan kegiatan praktik mengajar di kelas sebagai upaya meremediasi miskonsepi peserta didik terhadap materi Suhu dan Kalor, respon dari peserta didik sangat antusias dan berpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran di setiap tahapan sintak model PBL. Mereka merasa percaya diri saat melakukan praktikum dan mengerjakannya dengan baik.
Pihak sekolah juga mendukung kegiatan praktik mengajar yang dilaksanakan oleh penulis. Demi memperbaiki kualitas belajar peserta didik. Dukungan diberikan melalui izin yang dipermudah dan membantu semua media yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Faktor keberhasilan melaksanakan praktik baik.
Dalam melaksanakan strategi pada praktik baik ini, tentuk ada beberapa faktor yang mendukung keberhasilan dalam meremediasi miskonsepsi peserta didik pada Suhu dan Kalor yaitu,
Perencanaan yang matang.
Sebelum maju ke medan perang, tentu harus ada perencanaan yang dibuat agar menang. Dalam hal ini penulis menuangkan rencana dalam perangkat pembelajaran yang dibuat dengan lengkap dan detil dan memperhatikan kebutuhan peserta didik, yaitu terdiri dari RPP, LKPD, Bahan Ajar, Lembar Penilaian, dan Media Pembelajaran.
Dukungan dari Sekolah.
Kepala sekolah dam rekan guru mendukung kegiatan praktik ini. Banyak bantuan yang mereka berikan seperti mempermudah perizinan peminjaman alat dan bahan praktikum, memberikan izin mengajar di jam pelajaran guru bersangkutan, membantu memahamkan peserta didik mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan memberikan masukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang baik.
Ketersediaan media pembelajaran
Agar rencana yang disusun berjalan baik, diperlukan media pendukung dalam penyampaian materi maupun pelaksanaan praktikum. Semua media yang dibutuhkan tersedia dan dapat digunakan dengan optimal.
Antusias Peserta Didik
Peserta didik dapat diajak berkolaborasi selama proses pembelajaran. Mereka antusias menjawab pertanyaan dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Sehingga memudahkan transfer ilmu dalam proses pembelajaran, pada akhirnya mereka mampu memahami sendiri konsep yang benar mengenai Suhu dan Kalor.
Kegigihan Penulis
Ada tantangan yang dihadapi penulis selama proses pelaksanaan praktik baik ini, diantaranya persiapan alat dan bahan praktikum yang dibawa ke kelas. Hal ini perlu kehati-hatian saat membawanya ke kelas maupun mengembalikan ke laoboratorium IPA. Kemudian saat pelaksanaan tiba-tiba listrik padam, sehingga penulis tidak bisa menampilkan presentasi dengan baik.
Pembelajaran yang dapat penulis peroleh dari keseluruhan proses.
Banyak pembelajaran yang didapatkan penulis selama pelaksanaan kegiatan praktik ini, yaitu,
Kompetensi penulis untuk menermukan akar masalah dalam proses pembelajaran di kelas mengalami peningkatan. Selama proses penentuan masalah banyak diskusi yang penulis lakukan yaitu bersama para dosen, rekan mahasiswa, rekan guru dan peserta didik. Sehingga penulis dapat menermukan akar masalah yang tepat serta masalah autentik yang akan penulis sampaikan kepada peserta didik saat proses pembelajaran.
Semakin mengasah keterampilan penulis untuk memberikan pembelajaran berkualitas kepada peserta didik. Melalui aktivitas penyusunan perangkat pembelajaran, penulis semakin memahami cara menuangkan kebutuhan belajar peserta didik ke dalam RPP, Bahan Ajar, LKPD, Lembar Penilaian dan Media Pembelajaran.
Semakin menyadarkan diri bahwa seorang guru adalah pamong bagi peserta didik. Memberikan tuntunan selama proses pembelajaran, menyadarkan peserta didik tentang kesalahan konsep pada diri mereka dan mengkonstruksi kemampuan kognitif mereka agar dapat kembali pada konsep yang benar.