Tapi tentu saja ada asal muasalnya kenapa Saya kemudian mengangkat topik tersebut kepermukaan kembali.
Dalam beberapa hari terakhir ini, tema tentang plagiat, plagiarisme dan copy+paste menghiasi lembar demi lembar halaman Kompasiana, yang oleh banyak Kompasianer dijuluki sebagai ‘Rumah Sehat’. Tapi apa pokok masalahnya hingga bahasan tentang plagiarisme ini muncul bertubi-tubi ?
Berawal dari beberapa tulisan yang diduga dan dibuktikan sebagai bentuk copy paste yang jelas-jelas adalah salah satu bentuk plagiarisme dan yang menurut sebagian, adalah merusak jiwa dan kemurnian dunia jurnalis. Bahkan Adminpun digesek-gesek secara gencar. Padahal Admin itu bukan mesin pencari atau mesin sortir yang mampu bekerja 1x24 jam tanpa makan dan minum. Kalau mau “sukses” meminimalisasi kegiatan plagiarisasi di negeri Kompasiana ini, maka idealnya Kementrian ADMIN harus beranggotakan at least 12 orang dimana tiap orang bertugas 2 jam terus-menerus di depan layer secara bergantian. Dan itu sangat tidak mungkin. Oleh karena itu tidak mungkin, kita harus memaklumi jikalau satu pintu plagiarisme ditutup maka tetap akan banyak jendela lain yang terbuka. Oleh karenanya, satu hal yang pasti adalah bahwa hanyakesadaran Kompasianer sendirilah yang dapat menjadi benteng pertahanan melawan ‘budaya plagiarisme’ secara utuh.
Tapi kemudian juga muncul tulisan-tulisan yang “seakan-akan” pro dengan tindakan plagiarisme dengan mengatakan bahwa di planet bernama bumi ini. Di bawah kolong langit ini semua tindakan bisa dianggap plagiat ? Kelompok ini mengatakan bahwa Kita tidak lahir dengan pengetahuan, kita mesti belajar dari dunia luar, dunia sekitar untuk memperolehnya. Dan ini dianalogikan sebagai (juga) suatu bentuk plagiarisasi.
Saya tidak akan membahasa kelompok mana yang paling benar. Sebab menurut Saya kedua-duanya ada benarnya, tergantung dari sudut mana kita melihatnya.
Yang jelas bagi Saya, bentuk kesamaan gaya bertutur dalam menulis (similarity of writing’s style), kesamaan ide (similarity of idea) atau kesamaan karakteristik menulis ( similarity of characteristic) adalah BUKAN suatu bentuk plagiarisasi.
Untuk mempermudah, ambil contoh ketika Saya sedang menulis Skripsi, waktu secara tidak terduga dipanggil sekertaris Lab.Manajemen di fakultas Saya. Ia menunjukkan sesuatu yang mau tidak mau membelalakkan mata Saya, bagaimana mungkin ada judul skirpsi yang sama persis dengan apa yang Saya ajukan. Dan yang mengajukkannya adalah rekan Saya berbeda kelas, 10 menit sebelum saya ajukan. Kita tidak saling ketemu sebelumnya, jadi mana mungkin ia intip Saya atau sebaliknya. Bahkan alat analisis yang kita ajukan juga kebetulan sama. Jadi siapa memplagisiasi siapa ?
Kalau boleh lanjut, ingin sekali Saya mengatakan bahwa adalah suatu kebodohan bila kita kemudian menganggap suatu bentuk kesamaan itu sebagai plagiarisasi, dalam sekali lihat dan tanpa menelitinya lebih lanjut. Di dunia ada katakanlah sedang menuju ke 7 milyar orang dan still counting, dari jumlah yang demikian banyak apakah adalah merupakan suatu kemustahilan bila terdapat banyak persamaan, gaya menulis, gaya bertutur, kesamaan ide, kesamaan persepsi dan masih banyak lagi bentuk kesamaan lainnya ?
Boleh percaya boleh tidak, Saya juga pernah punya pengalaman yang benar-benar unik. Kala itu Saya masih bekerja di suatu perusahaan di negeri Paman Sam. Kita punya ruang diskusi onlinedan Saya sempat menulis ide disuatu forum online tersebut (difasilitasi tempat kerja saya) yang intinya bagaimana kalau seandainya semua perusahaan raksasa di dunia internet dan computer seperti Google, Yahoo, Microsoft, IBM, dllnya itu bersatu menggalang dana yang super dahsyat untuk orang miskin. Saya istilahkan untuk fight against poverty. Seminggu kemudian saya mendapat email yang hampir membuat saya shock. Isi ide saya di-claim oleh seseorang dari Swedia yang mengatakan dia juga menulis ide yang sama persis! Saya jelaskan singkat, ide bisa saja sama. Toh dunia tidak selebar daun belimbing.
Tapi yang bikin saya shock, pengirimnya itu nama dan marganya sama persis seperti nama saya. Michael Sendow! Gila kan ?! Idenya sudah sama. Nama kita juga kebetulan sama pula. Dia bilang I don’t believe this is true... Saya bilang kamu google saja nama saya pasti keluar. Dan saya juga menemukan account Facebook orang bule itu. Hingga saat ini kita masih berteman. Tapi kita mungkin tidak pernah lagi punya ide yang sama.J
Jadi persamaan ide, kesamaan bertutur atau kemiripan karakteristik menulis itu lumrah dan wajar-wajar saja. Bukan plagiarisasi. Sebab ini tidak akan berujung dan susah membuktikan bahwa kita lebih orisinal dari yang lain bukan ?
Kalau demikian, apa bentuk plagiat yang murni tindakan plagiarisasi dan harus kita musnahkan dari muka bumi dunia perjunalistikan ini ?
Itulah yang Saya istilahkan “Naked Plagiarism”. Plagiat telanjang inilah yang harus kita basmi. Istilah itu saya baru temukaan saat ini. Saya malas dan memang tidak berniat mencarinya di google apakah istilah itu sudah pernah ada atau tidak. Buat apa ? Toh saya kepikirnya saat ini, kalau kebetulan ada istilah yang sama di google. Biarin aja emangnya gue pikirin githu lho…:) :)
Lanjut, Plagiat Telanjang (Naked Plagiarism) ini adalah suatu bentuk plagiarisasi paling malas dan paling kentara. Jalan pintas paling mudah yang menghalalkan segala cara. Itulah Copy+Paste. Hanya mencomot dari sumber berbeda dan memasangnya disini. Tidak butuh sekolah untuk melakukannya dan hanya butuh sekitar 10 menit untuk mewujudkannya. Ada lagi tingkatan dibawahnya yaitu Plagiat Setengah Telanjang (Semi Naked Plagiarism) . Bentuknya sama saja Copy+Paste / salin penuh, tapi dengan sedikit perubahan dan bumbu kiri-kanan, tapi 80% hasil copy. Tulisan saya juga pernah di-semi naked-kan beberapa waktu yang lalu. Waktu itu saya dapati tulisan saya tentang “New York Kota Sejuta Pengemis” yang dirilis sebuah Majalah IndoUsa ternyata di muat di majalah lain. Sama persis sampai titik-komanya. Kreatifitas sang pembajak Cuma 5% yaitu mengganti nama kota serta pelaku peristiwa. Ia mengganti NY dengan kota dimana dia tinggal.
Akhirnya, semoga kita bisa membedakan mana bentuk-bentuk persamaan yang sama sekali bukan plagiarisasi dan mana yang benar-benar plagiat murni.
Sebelum menutup celotehanku yang panjang lebar ini, izinkanlah saya meminta maaf yang sedalam-dalamnya kalau sekiranya caraku bertutur, gaya bahasaku menulis dan ide-ide yang tertuang disini memiliki kesamaan dengan siapapun out there. Tapi percayalah kesamaan itu hanya kebetulan belaka. L
Kita memang harus selalu menghargai perbedaan, tapi kita juga harus menjunjung tinggi persamaan. J (Mich)