Sekitar15 belas tahun yang lalu, saya pergi meninggalkan kampung halaman saya. Waktu itu suasana di kota saya masih belum dapat dikatakan maju, semuanya serba sederhana, walau kini kota itu sudah sangat maju, bersaing dengan kota-kota besar di Indonesia lainnya. Saya teringat kala itu masih sering sekali naik mikrolet ‘kaca bok’. Sebutan seperti itu sangat mungkin adalah oleh karena bentuk depannya yang menyerupai kepala orang setengah botak alias dalam dialek Manado disebutkankan sebagai ‘kaca bok’.