"Kurasa aku menyukaimu." Kataku.
Pada akhirnya aku menyerah. Tembok yang sudah kubendung selama ini tiba-tiba runtuh. Aku ingin mengatakannya dan mengakhiri semuanya dengan benar. Harusnya seperti itu.
"Kamu?" Akhirnya kau angkat suara setelah diam selama beberapa saat.
"Eum! aku menyukaimu." Wajahku memerah saat mengatakannya. Mataku perlahan terasa sangat panas, seperti hendak memuntahkan sesuatu.
"Kenapa?"
Kenapa? Kau bilang kenapa? Sejak kapan menyukai seseorang harus memiliki sebuah alasan? Aku tidak mengerti sama sekali. Apa kau sedang berusaha mengujiku atau semacamnya?
"Kenapa ya... entahlah aku hanya merasa menyukaimu." Kataku sambil tersenyum canggung. Aku bahkan tidak berani menatap wajahmu.
"Beri aku alasan." Katamu dengan nada suara yang tidak berubah sedikitpun.
"Eh? Harus?" Karena terkejut, aku refleks mengangkat wajahku. Lagi-lagi, aku harus terjebak dengan kedua bola matamu yang terlihat berkilauan itu.
"Harus!"
"Sebentar kupikirkan dulu. Eummm...." Kataku sambil buru-buru menarik wajahku darimu. Bagaimanapun juga, aku tidak akan pernah terbiasa dengan tatapanmu yang seperti itu. Aku bergumam beberapa saat sambil menunduk, memandangi kakiku.
"Eumm...... karena kamu tampan?" kataku takut-takut melirik ke arahmu.
Mendengar jawabanku, kau mendadak tertawa kecil. Akhirnya kamu tertawa, sudah lama aku tidak melihatnya. Sepertinya banyak hal yang terjadi dalam hidupmu akhir-akhir ini. Kita tidak punya banyak kesempatan untuk bertemu dan aku hampir melupakan kamu yang sedang tertawa. Melihatmu yang tertawa seperti itu, dadaku menjadi hangat dan membuatku tak bisa untuk tidak tersenyum.
"Kamu baru saja mengarang jawabannya kan?" Ucapmu dengan senyum yang terlihat sangat cocok denganmu.
"Bukan mengarang! yang benar aku memikirkannya!" Aku mengelak. Melirik dengan wajah cemberut, pura-pura merasa tersinggung.
"Memangnya menurutmu aku tampan?" Kamu menanyakan hal itu sambil mendekap wajah dengan kedua tanganmu. Menyodorkan wajah ke arahku dengan pose menggemaskan seperti itu, aku merasa tidak boleh kalah.
"Sangat. Kamu yg terbaik." Aku mengacungkan kedua jempolku ke wajahmu dengan sangat bersemangat.
"Bohong." Katamu sambil menarik wajahmu dariku.