Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerita Pemilih

integritas islam dan modernitas: pemikiran Fazlur Rahman sampai Hassan Hanafi

17 Desember 2024   23:40 Diperbarui: 17 Desember 2024   23:40 31 0

Islam dan modernitas sering dianggap berada dalam ketegangan. Sebagai agama yang berakar pada tradisi, Islam menghadapi tantangan untuk tetap relevan di tengah perkembangan zaman yang diwarnai oleh ilmu pengetahuan, teknologi, dan globalisasi. Di sinilah peran intelektual Muslim menjadi signifikan. Fazlur Rahman, Mohammed Arkoun, Ismail Raji al-Faruqi, dan Hassan Hanafi adalah empat pemikir kontemporer yang mencoba menjembatani Islam dan modernitas, masing-masing dengan pendekatan unik.


Fazlur Rahman: Memahami Al-Qur'an untuk Zaman Modern


Fazlur Rahman dikenal melalui pendekatan Neo-Modernisme, sebuah metodologi yang mengedepankan harmoni antara ajaran Islam dan realitas modern. Ia mengembangkan metode double movement sebagai cara untuk membaca dan memahami Al-Qur'an. Metode ini melibatkan dua tahap:

1. Menafsirkan Al-Qur'an dengan memahami konteks historis saat wahyu diturunkan.

2. Mengaplikasikan pesan-pesan moral dan universal Al-Qur'an ke dalam kehidupan kontemporer.

Rahman berargumen bahwa umat Islam sering terjebak dalam literalitas teks yang mengabaikan nilai-nilai etis yang lebih besar. Sebagai contoh, hukum-hukum dalam Al-Qur'an sering diterapkan tanpa mempertimbangkan konteks sosial dan moral yang melatarbelakanginya. Baginya, Al-Qur'an harus dilihat sebagai panduan hidup dinamis yang relevan dengan perubahan zaman.

Gagasannya bertujuan menciptakan masyarakat Islam yang tidak hanya memahami tradisi, tetapi juga mampu merespons tantangan modern seperti hak asasi manusia, keadilan sosial, dan perkembangan ilmu pengetahuan tanpa kehilangan prinsip keislaman.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun