Bagi sebagian generasi Z, Pancasila tetap relevan sebagai pedoman hidup. Nilai-nilai seperti gotong royong, toleransi, dan keadilan sosial masih dianggap selaras dengan aspirasi mereka terhadap masyarakat yang inklusif dan progresif. Banyak gerakan sosial dan komunitas berbasis teknologi yang didirikan generasi ini sejatinya mencerminkan semangat Pancasila, meskipun kadang tidak disadari.
Namun, di sisi lain, skeptisisme terhadap Pancasila juga meningkat. Beberapa menganggap Pancasila lebih sering digunakan sebagai retorika politik oleh elit daripada diwujudkan dalam kebijakan nyata. Dalam dunia digital, narasi kontradiktif mengenai Pancasila mudah tersebar, menciptakan kebingungan dan potensi polarisasi. Selain itu, generasi Z sering kali mengkritik implementasi Pancasila yang dianggap tidak sejalan dengan realitas, seperti maraknya intoleransi dan ketimpangan sosial.
Pro: Generasi Z memiliki potensi besar untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila melalui pendekatan kreatif, seperti kampanye digital dan konten edukatif. Dengan akses informasi yang luas, mereka dapat mereinterpretasi Pancasila agar relevan dengan tantangan zaman.
Kontra: Kurangnya edukasi mendalam tentang Pancasila di sekolah dan keluarga dapat membuat generasi ini kehilangan esensi nilai-nilainya. Tantangan lainnya adalah distraksi dari budaya global yang dapat melemahkan identitas nasional.
Untuk memastikan Pancasila tetap hidup di hati generasi Z, diperlukan pendekatan inovatif dan kolaboratif yang menjadikan Pancasila bukan hanya teori, tetapi bagian dari keseharian mereka.