Merenung untuk perjalanan ini, juga perlu kita lakukan bersama-sama untuk mengukur sejauh mana usaha yang kita lakukan dan kontribusi apa yang telah kita berikan untuk kemajuan masyarakat, bangsa, negara, dan agama kita. Sebab pada kenyataannya, hingga saat ini kehidupan pribadi kita tidak jauh berbeda dengan kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama kita. Kehidupan pribadi kita menjadi cermin bagi kehidupan berbangsa kita. Semua pada tingkat yang sama, berhenti pada titik yang satu
Ataupun kalau ada kemajuan, sejujurnya kita merasa malu untuk sedikit berbangga dengan apa yang kita capai. Sebab, ternyata banyaknya sumber daya manusia yang kita miliki dan melimpahnya sumber daya alam yang kita punyai tidak sebanding dengan kemajuan yang kita capai. Jauh dibanding kemajuan dan perkembangan bangsa dan negara lain yang tidak memiliki kemelimpahan potensi.
Memang kita punya rencana-rencana dan target-target besar yang kita buat di wilayah sosial, politik, ekonomi, budaya, olah raga, pemerintahan dan di kehidupan masyarakat luas. Tetapi semua itu hanya tinggal rencana dan target. Kita tidak merasakan perubahan dan kemajuan yang berarti.
Masih banyak contoh kasus yang bisa kita buktikan, kemiskinan yang semakin parah, lapangan kerja yang demikian langka, kemaksiatan yang kian merajalela, dan lain sebagainya.
Jika kita tidak merasakan semua itu sebagai sebuah kemandekan, maka hari ini kita harus merasakannya, saat ini kita mesti menyadarinya, untuk kemudian bergerak, berpikir, beraktifitas, berkreasi dan berinovasi untuk melawannya.
Ada banyak faktor yang sebenarnya telah mematikan akal sehat kita sehingga kita tidak menyadari bahwa kondisi ini adalah sebuah kemandekan yang harus dilawan. Di antaranya, karena kita kehilangan pemaknaan terhadap hidup dan kehidupan. Kemalasan dan sikap masa bodoh telah menjerat kita untuk selalu bertahan pada situasi dan kondisi yang telah ada. Kita kehilangan pengetahuan bahwa hidup ini harus bergerak dan terus bergerak, menggores setiap waktu agar ia menjadi sejarah yang bisa dikenang sepanjang masa.
Faktor lain adalah, bahwa kita tidak pandai menghargai kerja-kerja yang telah kita lakukan, Dalam teori psikologi, kejenuhan atau merasa statis dalam hidup salah satunya disebabkan karena seseorang tidak begitu menghargai apa yang ia lakukan.