Dalam QS 097 Al-Qadr 1 disebutkan bahwa Al-Quran di-"turunkan" pada malam al-qadr.
Bagi penulis, lailatul Qadr memiliki kaitan yang erat dengan Al-Quran. Mereka yang "mendapati" malam al-qadr sama dengan "mendapati" Al-Quran.
Muslim yang "mendapati" Al-Quran adalah Muslim yang menjadikan Al-Quran sebagai "imam-nya". Perilaku Muslim menjadi "match" (cocok, pas, sesuai) dengan Al-Quran. Kondisi ini sama dengan kondisi Nabi Muhammad saw, kaana khuluquhu al-quran.
Dengan Al-Quran sebagai imam-nya, Muslim kemudian mampu melihat, mengetahui, dan memahami SELURUH PERINTAH/PERKARA.
Setelah tahu/kenal seluruh perintah dan perkara, ia kemudian mampu membedakan (mengelompokkan, mengklasifikasi [furqaan]). Setelah mampu membedakan, Muslim kemudian menempatkan seluruh perkara dan perintah tersebut pada tempatnya (adil) dan menegakkannya (mengeksekusi perintah, ber-taqwa).
Sekali lagi, Muslim yang mendapati malam al-qadr adalah Muslim yang sama seperti Nabi Muhammad saw, kaana khuluquhu al-quran; menunjukkan perilaku Qurani.
Muslim yang menjadikan Al-Quran sebagai "imam" bagi dirinya (nafs-nya) dalam pengertian menunjukkan perilaku Qurani, niscaya memperoleh kemuliaan, keagungan dan kehormatan (al-qadr).
Al-Qadr yang ia sandang kemudian menjadikannya Muslim yang selalu berada dalam kondisi salaam (sehat, sukses, sejahtera, selamat) HINGGA FAJAR bagi DIRINYA TERBIT.
Salam Ramadhan 1433 H