Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Hubungan Operasi Trikora dengan Uni Soviet

27 Juni 2023   13:57 Diperbarui: 27 Juni 2023   14:06 171 0
Indonesia sebagai bangsa yang baru merdeka, yang penuh akan masalah dan kecacatan didalamnya pernah
melaksanakan sebuah operasi militer yang begitu besar dan bahkan musuh yang dihadapinya sekelas kerajaan Belanda,
Operasi tersebut dikenal dengan Operasi Trikora yang berlangsung pada bulan Desember 1961 dan berakhir pada bulan
Agustus 1962.

Latar belakang Indonesia melancarkan operasi Trikora berawal dari Indonesia yang memproklamasikan kemerdekaan pada
17 Agustus 1945 dan mengklaim seluruh bekas jajahan Hindia Belanda dari Sabang sampai Irian Jaya (Papua Barat) sebagai
wilayah kedaulatan Republik Indonesia, namuh pihak Hindia Belanda menolak dan bahkan melancarkan Agresi militer sebanyak
dua kali. Konflik antara Indonesia dengan Belanda menarik perhatian dunia Internasional dan mengintervensi keduanya
untuk melakukan perundingan. Perundingan tersebut dikenal sebagai konferensi meja bundar yang menghasilkan beberapa kesepakatan
seperti Belanda mengakui beberapa wilayah Indonesia namun tidak dengan Irian Barat, Permasalahan Irian Barat akan dibahas
kembali satu tahun setelahnya.

Tahun demi tahun tidak adanya pembahasan lanjutan, bahkan pihak Belanda semakin menguatkan posisinya di Irian Barat
membuat Pemerintah Republik Indonesia merasa geram. Hal tersebut membuat Pemerintah Indonesia memperkuat militernya
dengan mencoba mendekatkan diri ke Amerika Serikat untuk membeli alustista, namun ditolak oleh Amerika Serikat karena
Belanda adalah salah satu sekutu pentingnya di Eropa. Merasa di tolak oleh kubu barat, Indonesia mencoba mencari bantuan
ke kubu timur yaitu Uni Soviet. Pemerintah Indonesia diwakili oleh Jendral A.H Nasution pergi ke moskwa pada Desember 1960
dan diterima dengan baik oleh Uni Soviet. Beberapa kesepakan kerjasama serta pembeliatan peralatan militer senilai 2,5 milliar dollar Amerika
yang berhasil didapatkan dari Uni Soviet antara lain adalah 41 Helikopter MI-4, Helikopter MI-6 (angkutan berat),
30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat buru sergap MiG-17, 10 pesawat buru sergap MiG-19, 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21,
12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan korvet, dan 1 buah Kapal penjelajah kelas Sverdlov (yang diberi nama sesuai dengan
wilayah target operasi, yaitu KRI Irian). Dari jenis pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28,
14 pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TU-16 versi maritim yang dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali anti kapal (rudal)
air to surface jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis Antonov An-12B buatan Uni Soviet.

Meskipun konflik ini tidak berlangsung lama, namun peran Uni Soviet sangat besar dalam membantu Indonesia untuk mengamankan Irian Barat karena
presiden John F. Kennedy akhirnya mendukung Indonesia dalam hal ini karena iklim Perang Dingin saat itu dan kekhawatiran bahwa Indonesia akan meminta pertolongan pihak komunis Soviet bila tidak mendapat dukungan AS.
Operasi ini berakhir dengan kekalahan militer Indonesia di beberapa daerah Nugini Belanda dan penyerahan wilayah Irian Barat oleh Belanda menjadi bagian dari Indonesia melalui UNTEA.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun