Sejak memberi nama pohon Cemara yang bisa bicara itu dengan nama “Hfy”, Maya merasa tidak happy. Seolah ada sesuatu yang tidak tepat dengan nama itu. Kini setiap kali dia menginggat nama Hfy, yang terbayang adalah sebatang pohon Cemara yang bisa bicara. Bukan lagi bocah kecil mungil dengan senyum menawan dan tatapan nakal yang sering di lihatnya bermain di taman Kota.