Setelah kemacetan di gedangan, jalan di Waru menuju arah bungurasih juga sering mengalami kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya kendaraan putar balik. Walaupun memiliki 3 lajur tanpa traffic light tidak membuat jalan Waru menjadi lancar seperti Jl. A. Yani di Surabaya. Solusi yang bisa saya berikan adalah aturan putar balik, yang awalnya dapat dilakukan sebelum bundaran harus dipindah ke bundaran Waru untuk meminimalisir kemacetan yang disebabkan. Karena dibanding dengan arah sebaliknya, putar balik dari arah Sidoarjo menuju Surabaya lebih sering macet.
Selanjutnya adalah jalan di taman pelangi, sering terjadi kepadatan di daerah taman pelangi yang dikarenakan lama menunggu traffic light. Terutama dari arah taman pelangi menuju arah Tenggilis Mejoyo yang harus menunggu dari arah UINSA karena lampu merah. Solusi yang bisa dilakukan adalah dipercepatnya durasi lampu merah yang ada untuk mengurangi kendaraan yang menunggu dengan kondisi miring, karena penyebab kemacetan terjadi adalah lamanya durasi traffic light membuat kendaraan yang menunggu menjadi terlalu panjang sehingga menghambat kendaraan lain yang menuju arah Royal-Wonokromo.
Untuk arah sebaliknya yaitu Surabaya-Sidoarjo, kemacetan yang padat terjadi di Jl. A. Yani sampai bundaran Waru, penyebab terjadinya kemacetan ini adalah arus silang di bundaran Waru yang terlalu padat, terlebih di jam pulang kerja. Di jam 5--6 sore kemacetan bisa terjadi dari bundaran Waru hingga taman pelangi dengan gerak yang sangat kecil. Simpangan gedangan juga mengalami kepadatan saat jam pulang kerja atau siang hari pukul 11.00 --- 12 .00. Di siang hari kepadatan yang terjadi lebih kecil dibanding malam hari. Di jalan Sidoarjo dari arah Surabaya jarang terjadi kemacetan kecuali di daerah Waru dan persimpangan Gedangan.
Dari seluruh masalah kepadatan jalan raya Sidoarjo-Surabaya, ada satu solusi yang sangat umum adalah perataan transportasi umum yang aman, mempromosikan adanya kendaraan umum yang aman untuk semua orang terlebih untuk perempuan dan lansia. Karena masih banyak masyarakat yang merasakan takut untuk memakai transportasi umum karena banyaknya kasus perampokan, penculikan, pelecehan seksual, dan kejahatan lainnya. Baik di Surabaya ataupun kota lain tidak menjamin kejahatan tersebut tidak akan terjadi, dan itu sering terjadi di transportasi umum. Hal itu yang membuat kepercayaan masyarakat terhadap transportasi umum berkurang. Selain itu juga, sempitnya akses masyarakat untuk memakai transportasi umum karena terlalu jauh dari rumah membuat banyak masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada harus berjalan menuju halte atau stasiun, ditambah cuaca panas di Indonesia terutamanya Surabaya dan Sidoarjo yang sangat menyengat sampai menyakiti kulit walaupun hanya melakukan perjalanan selama 1 jam. Jadi dengan perataan transportasi umum dan mulai disebarnya banyak halte yang lebih mudah dijangkau oleh masyarakat lain mungkin saja bisa membantu mengatasi masalah kemacetan yang terjadi di Surabaya, Sidoarjo ataupun kota lain.