Sosok Ibu Megawati memang selalu kontroversial. Jika kita membaca berita di media
online tentang kegiatan dan ucapan Megawati dan selanjutnya kita membaca kolom komentar dari para
netizen, maka akan terlihat betapa banyak yang berkomentar dengan ragam sudut pandang. Dan diantara semua itu, maka sudut pandang akan lebih banyak sisi negatifnya. Ada satu hal yang tidak dapat saya pungkiri, bahwa Ibu Megawati memang nyinyir. Nyinyir dalam arti positif, dalam arti yang berbeda dengan ada di benak pembaca. Ibu Megawati akan nyinyir jika sudah menyangkut idiologi, menyangkut hal yang seharusnya dilakukan untuk rakyat dan dianggap keterlaluan maka Ibu ini akan mengkritisinya. Tidak di rumah, tidak di podium, tidak juga di media, jika sudah bicara idiologi yang diyakininya maka Ibu akan berbicara dengan tegas, yang kadangkala diartikan keras. Tegas dan keras, nampak sama, nyata-nyata beda. Bahkan pernah terlontar secara langsung dari Megawati, “Kalau semua omonganku ini dibukukan setiap hari, sudah terbit berjilid-jilid buku yang isinya hanya mengingatkan anak-anak itu untuk selalu ingat sama rakyatnya, wong kerja politik itu kerja untuk rakyat”. Ibu Megawati mengucapkannya dengan gaya khasnya saat berpidato, gaya asli sehari-hari Ibu Megawati spontan dan selalu lucu, tidak ada bedanya dengan di podium.
KEMBALI KE ARTIKEL