Berteman bayu yang membisik perih
Membelai lembut dinding angan
Dalam isyarat kerlingan matanya
Burung gagak terbang tanpa hasrat
Seolah ia tak akan pernah lagi pulang
Pucuk pohon hanya menyisakan dendam
Suara nafas tersisa satu, dua
Sang pertapa menyapa angin
Yang membuat daun-daun berguguran
Ia yang mengerti
Pada angin yang menutup mata
ketika langit menantang badai
Awan pun mengerti
Menghapus peluh di wajahnya
hanya cinta yang belum datang
Duhai pertapa
Duhai burung gagak
Duhai langit
Duhai cinta
Tersenyumlah bersama angin