Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Membakar Keadilan?

24 Agustus 2020   07:14 Diperbarui: 24 Agustus 2020   07:19 67 15
Pernah kau sendirian di negeri ini, kuasa dan kesendirianmu... mengirim ketakutan... Dahulu dirimu adalah sebilah  pedang yang tak bermata....
Hari ini... kau menjelma menjadi pengantin yang dikebiri, yang meniti di atas timbangan keadilan.
Dan, kini di sebuah malam dari sang waktu kau disentak oleh api yang lahap memangsa sarangmu, melahirkan sepotong duga, sebuah prasangka dan bahkan selaksa kecurigaan"
"Aku ingin membelamu dengan prasangka baik... dengan kata yang tak sempat diucapkan api kepada data yang ingin dijadikannya abu... Aku ingin mempercayaimu dengan sepenuh hati... dengan membuang praduga mengapa air ketakutan kepada api yang melumat sarangmu ke dalam bara..."
"Apabila tugas memanggilmu... ikutilah dia walau tombak dan pedang merintanginya... Apabila ada tangan yang mencengkrammu... jangan menyerah, walau senapan dibidik ke dadamu..."
"Kejahatan mempunyai tubuh yang tidak terlihat. Mereka disembunyikan oleh pesona duniawi dan dipisahkan dari lubuk nurani. Namun keadilan harus tetap ada di tanganmu meski harus terluka... terus hidup... kematian jangan pernah menyentuhmu sebelum menyeret mereka menemui tajamnya pedang keadilan yang ada di tanganmu..."
"Aku juga ingin berbisik di telingamu, tentang musang berbulu domba, tentang isi di dalam selimut yang masih berkeliaran di sarangmu"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun