Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

“Hajimete no Otsukai” Acara Televisi yang Menggerakkan Hati Ibu Negara, dan publik Jepang

17 Januari 2014   07:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:45 837 5

Sesaat sebelum terbang kembali menuju Jakarta dari Tokyo, ibu Ani Yudhoyono mengatakan di depan para warga Indonesia dan staf KBRI Tokyo, “Pada saat pulang dari kunjungan ke gunung Fuji, saya sangat menikmati sekali satu acara TV yang diputar dalam bus. Acaranya ada anak-anak kecil yang diberi tantangan untuk membeli sesuatu. Anak-anak ini pergi sendiri tanpa didampingi oleh orang dewasa dan harus dapat menyelesaikan tugasnya seorang diri,” demikian ungkapnya. Ia menyatakan acara itu sangat inspiratif dan menarik sekali. Mesti faktanya, kebanyakan acara TV di Indonesia sangat berkebalikan dengan acara-acara semacam ini, ya bu Ani?

Nah, sebenarnya acara TV apakah yang ditonton oleh ibu negara di dalam bus yang disiapkan oleh Kemenlu Jepang itu? Baiklah, saya akan berikan bocoran itu untuk Anda semua.Acara TV itu ternyata adalah “Hajimete no Otsukai” yang saya terjemahkan secara bebas menjadi “Tugas Pertama”. Pemeran utama dari acara ini adalah anak-anak yang umumnya masih berusia muda, sekitar 5-6-7 tahunan atau bahkan bisa juga lebih muda dari usia itu.

Acara ini sudah disiarkan secara rutin sejak tahun 1991 oleh salah satu stasion televisi nasional Jepang, Nihon Terebi atau biasa disingkat dengan Nitere. Acara ini tidak disiarkan kerap kali, tapi hanya disiarkan setahun dua kali. Dalam setahunnya, disiarkan pada hari Seijin Shiki (Hari Perayaan Orang Dewasa) yang jatuh pada minggu pertama bulan Januari dan kedua kalinya pada musim panas pada hari libur hari Pantai (umi no hi) nasional pada bulan Juni. Hanya dua kali ini saja.

Acara semi reality show ini selalu dinanti-nantikan oleh publik Jepang. Hampir kebanyakan masyarakat Jepang mengenal acara ini. Muka-muka polos anak-anak kecil yang tidak dibuat-buat, mereka yang berusia sangat muda, bahkan batita, yang begitu naif (kalau orang Jepang pasti sudah disebut kawaii…) serta perjuangan yang penuh semangat selama diberi tugas pasti tidak mudah untuk dilupakan. Bahkan adegan-adegan ini akan mengundang kando (keharuan) bagi para pembawa acara mau pun pemirsanya. Tidak banyak yang kemudian nampak menangis tersedu-sedu melihat perjuangan anak-anak yang begitu ber-gambatteru (bersemangat).

Tahun 2014 acara ini telah diputar untuk edisi pertama pada tanggal 13 Januari yang lalu bertepatan dengan hari libur dan acara perayaan (penobatan) orang-orang dewasa atau yang disebut dengan seijin shiki. Acara televisi Jepang yang dianggap acara unggulan biasanya menampilkan pembawa acara dan para komentator top atau istimewa. Komentator tamu kali ini cukup istimewa, di antara mereka antara lain Sumire artis cantik berbakat Jepang yang lama tinggal di Hawaii dan Tomoki Kameda seorang juara dunia tinju WBO kelas bantam yang sangat terkenal di Jepang.

Setalah acara dibukan oleh pembawa acara, kemudian masuk ke saat yang ditunggu-tunggu. Kita akan melihat bagaimana seorang anak kecil diberi tugas “istimewa” dengan situasi yang tanpa menyerah alias tugas itu diselesaikan secara tuntas.

Kira-kira apa sih tugasnya anak-anak ini? Sepertinya tergantung dengan usia maupun lingkungan sekitarnya. Biasanya yang paling umum sih belanja di tempat umum atau memberikan barang untuk seseorang yang sudah dikenal, entah itu keluarga atau kerabatnya. Tapi yang menjadi menarik adalah, jarak yang ditempuh dari rumah hingga tempat pemberian tugas diatur cukup jauh. Ada juga yang menyeberang jalan, naik bus umum kota, naik kereta atau bahkan menyeberangi sebuah jembatan gantung yang tidak biasa. Tugas yang diberikan biasanya tidak hanya satu tugas saja. Kadang-kadang barang bawaannya juga cukup berat untuk anak-anak seusianya. Tentu saja, mereka dibekali uang secukupnya, mic kecil di kantong depannya, kadang-kadang juga diberi bekal. Kadang mereka tidak melakukannya seorang diri. Ada yang ditemani adiknya atau teman seumurannya. Yang jelas, tidak ditemani oleh orang-orang dewasa.

Salah satu contoh adegan di Hajimete no Otsukai edisi tahun 2012

Anak -anak yang ditampilkan merupakan anak-anak dari berbagai penjuru Jepang (dan agak sedikit yang bermukim di Tokyo, entah mengapa). Untuk edisi Januari 2014 ini ada ditampilkan antara lain dari Hokkaido, Nara, Osaka, Saga, Kanagawa dan Nagano. Selain ada rekaman adegan baru, ada rekaman yang baru dibuat juga rekaman “lama” yang dibuat beberapa tahun lalu yang kemudian menampilkan bagaimana kehidupan “alumni”-nya pemeran Hajimete no Otsukai itu.

Untuk keamanan anak-anak ini beberapa crew dan staf televisi ini, termasuk para kameramen turut menjaga keselamatan dan melindungi anak-anak ini ini. Lucunya, kameramen atau crew ini pada umumnya menyamar menjadi orang-orang biasa. Mereka menyebar dan tentu saja nampak mengatur lalu lintas, mengatur mobil sehingga tidak terjadi kecelakaan yang bisa saja terjadi. Jumlah mereka nampak puluhan orang. Ada yang menyamar menjadi tukang listrik, penjual di toko atau ibu-ibu yang sedang berjalan-jalan mereka dibuat sedemikian alami sehingga anak-anak ini tidak curiga.

Meskipun dibuat agar tidak mereka curiga, kenyataannya ada beberapa anak malah memberikan pertanyaan-pertanyaan polos kepada staf atau crew televisi itu. Ini pun juga bagian adegan yang menarik.

Edisi Januari 2014 dimulai dengan tampilan tugas Kokomi-chan yang biasa dipanggil dengan Koko-chan berasal dari Hokkaido. Usianya belum mencapai 3 tahun (kurang dua bulan). Bicaranya pun masih agak cedal, alias bahasa Jepangnya belum terlalu jelas. Ayahnya seorang pedagang kepiting Hokkaido yang terkenal itu. Setiap harinya ia melihat ayahnya mengatur dan menjual kepiting. Tapi dia juga takut dengan kepiting itu. Ketika ditanya, ia ingin jadi apa besarnya? Kadang ia berkata, “Ingin menjadi pedagang kepiting seperti ayah, “ demikian katanya. Nah, tantangannya dia kali ini adalah membawa kepiting diberikan kepada nenek pemilik kuil di desa kediamannya. Ia juga diberi tugas mengatakan nama jenis kepting itu.

Selain itu, ia juga diberi tugas membeli sebuah “omamori” (sebuah jimat yang sudah didoakan oleh pendeta Shinto) yang khusus ditujukan untuk pedagang karena ayahnya seorang pedagang. Pada awalnya, ia seperti anak kecil biasanya, menangis dan tidak mau pergi. Tapi ibunya mencoba memberikan semangat dengan memeluknya untuk memberikan “kekuatan” tambahan. Berhasil. Koko-chan pun akhirnya mau juga untuk berangkat meskipun sempat menangis.

Setelah itu dia berangkat menuju kuil untuk membawa kepiting yang dinamakan Ibaragi gani (kepiting ibaragi) yang kata ayahnya, “Namanya kepiting ibaragi (atau dalam bahasa Jepangnya Ibaragigani). Kepiting yang manis (dagingnya),” demikian pesannya ayahnya untuk diingat si Koko kecil. Jalan yang ditempuh sebenarnya tidak terlalu jauh. Tapi untuk gadis kecil yang baru pertama pergi seorang diri dalam usia semuda itu tentu saja merupakan hal yang menantang.

Hokkaido merupakan daerah yang dingin. Dengan langkah mungilnya ia mulai pergi ke kuil yang ditugaskannya. Ia pun melangkah dengan gembira. Sambil menghitung burung yang sedang bertengger di dinding pembatas laut, “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh. Wah ada sepuluh burung, “katanya. Padahal burungnya lebih dari sepuluh ekor! Mungkin ia baru belajar hingga hitungan 10 saja ya. Hehehe. Meski pun ia masih kecil, tapi nampak ia sudah mengerti bagaimana aturan lalu lintas dan menyeberang di penyeberangan jalan dengan baik.

Sampai di kuil ia pun menyerahkan kepiting Ibaragi itu kepada nenek pemilik kuil. Sayangnya, ia lupa nama kepiting itu. Tapi ia ingat kalau kepiting itu manis. “Kepiting ini manis, silakan diambil,” ia pun mendapat kembalian dari sang nenek untuk menjadi buah tangan, ia pulang tidak dengan tangan kosong. Tidak lupa ia membeli juga “omamori” untuk ayahnya. Ia kemudian memberikan uang kepada petugas kuil dan memberinya uang (tanpa menghitungnya). Pilihan omammorinya tepat, berwarna hitam, seusai pesanan ayahnya. Selesai dengan tugasnya membeli omamori, hebatnya, ia juga pergi untuk berdoa dengan khusuk, mungkin seperti yang ia lihat seperti selama ini. “Saya sudah tiga tahun sekarang, mohon bantuannya,” demikian yang ia sebutkan kepada Kamisama (Tuhan). Ia pun kembali berjalan pulang ke rumah di dalam udara dingin dan berhasil menyelesaikan tugasnya.

Itu adalah satu dari beberapa rekaman video yang diputar malam itu. Ada delapan video lagi yang diputar malam itu. Termasuk pemutaran dua video nostalgia alias menampilkan bagaimana kehidupan anak-anak yang ditampilkan dalam video 19 tahun yang lalu.

Acara yang dipandu oleh George Tokoro dan Hiroko Moriguchi ini menampilkan 7 rekaman video.

1.Membawa Kepiting ke Kuil

2.Kaos Kaki Christmas

3.Bekal untuk Tempat Kerja

4.Mangkuk untuk Festival

5.Jembatan Gantung Terpanjang di Jepang

6.Nansai? Hyakusai (Berapa usianya? Seratus Tahun)

7.Papa yang Memanjakan dan Mengunjungi Mama yang di Rumah Sakit

8.Nggak Bisa Bawa nih, Berat!

Semua video rekaman ini menurut saya istimewa, mengaduk emosi dan menginspirasi. Tapi buat saya mengaduk emosi adalah judul ke tujuh, yaitu “Papa yang Memanjakan dan Mengunjungi Mama di Rumah Sakit”. Di dalam video ini diperlihatkan bagaimana Kureha-chan (4 tahun) mengunjungi ibunya yang sedang sakit di rumah sakit. Sementara itu, ayahnya sangat memanjakan Kureha-chan. Nah, tantangannya adalah bagaimana caranya Kureha-chan bisa sampai ke rumah sakit sendiri tanpa pengawalan ayahnya. Awalnya, ia sempat menangis tidak mau pergi sendiri. Tapi setelah dibujuk-bujuk, ia kemudian berani berangkat sendiri dengan naik bus, membayar sendiri dan pergi ke rumah sakit sendiri. Ibunya, sangat bangga dan bahagia melihat kehadiran Kureha-chan. Akhirnya, ia bertekat untuk sembuh demi Kureha-chan.

Nah, satu lagi video yang buat saya juga sangat istimewa adalah “Bekal untuk Tempat Kerja”. Lokasi pengambilan gambar ini di Osaka. Ceritanya, seorang anak laki-laki ditugaskan untuk membelikan bekal makanan untuk ayahnya yang kerja sebagai pekerja bangunan di sebuah wilayah di tengah kota Osaka. Pria kecil ini kemudian dengan penuh konsentrasi membelikan makanan kesukaan ayahnya dan membelikan kaos tangan kerja untuk ayahnya. Ia berhasil menyelesaikan tugasnya dengan sangat baik. Di adegan akhir, ia menunjukkan bagaimana cara bertinjunya. Siapakah anak kecil ini? Ialah Tomoki Kameda! Seorang juara dunia tinju WBO kelas bantam dari Jepang! Bukan hanya dia, dua kakak laki-lakinya, Daiki dan Koki juga juara dunia tinju dunia. Mereka dikenal sebagai Kameda Brothers dan mendapatkan penghargaan Catatan Guiness karena ketiga-tiganya merupakan juara dunia tinju. Koki juara dunia di kejuaraan WBA, Daiki di kejuaraan WBC!

Saya hanya sekedar bermimpi. Seandainya acara-acara tidak bermutu di Indonesia “disisipi” acara semacam “Hajimete no Otsukai” ini, pasti bisa menginspirasi, menggerakkan hati dan belajar untuk lebih “gambaru” alias semangat. Tapi, ya sudahlah. Setidaknya ibu negara kita sudah melihat rekaman video ini? Semoga saja ia bisa menyampaikan lewat pesannya di Instagram atau di medsos lainnya. Mohon arahannya bu Ani….

Tokyo, 17 Januari 2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun