Aksi ini sangat disayangkan mengingat hal itu dapat membuat keruh hubungan baik antar negara. Kejadian yang sudah berulang-ulang ini terjadi dengan pola yang hampir sama. Menembak tentara Indonesia setelah itu kabur ke Papua Nugini. Pihak PNG seperti tidak ada respon dan membiarkan kejadian ini. Kementrian Luar Negeri Indonesia sebenarnya sudah mengajukan protes ke pemerintah PNG sebagai respon atas kejadian serupa sebelumnya yang terjadi pada tanggal 5 April 2014. Pihak TNI yang di lapangan pun juga sering berkoordinasi dengan tentara PNG agar menindak kelompok separatis yang kabur ke wilayahnya. Namun seperti yang kita lihat, kejadian terulang lagi.
Sebenarnya kejadian-kejadian teror ini sangat merugikan masyarakat PNG. Karena sejak kejadian penembakan tanggal 5 April yang lalu, pintu perbatasan RI-PNG wilayah Wutung ditutup. Tanggal 3 Juni kemarin adalah jadwal dibukanya kembali pintu perbatasan. Namun karena kejadian tersebut, perbatasan ditutup kembali. Seperti diketahui, pintu perbatasan tersebut merupakan jalur akses perekonomian penting bagi warga RI-PNG. Masyarakat PNG banyak yang berbelanja ke Pasar Skouw, Kabupaten Keerom, Papua. Mereka lebih senang berbelanja ke Indonesia karena harganya yang jauh lebih murah daripada harga barang di PNG.
Kerjasama dan itikad yang baik dari pemerintah PNG sangat diharapkan untuk menumpas kelompok separatis ini. Selain itu, peran media juga sangat penting untuk mem blow up kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh kelompok separatis di seluruh Papua, tidak hanya di perbatasan. Karena selama ini pemberitaan di media cenderung lebih memojokkan aparat yang bertaruh nyawa saat bertugas ketimbang membeberkan fakta kebengisan kelompok separatis OPM. Terakhir dan yang terpenting adalah, marilah kita masyarakat Papua khususnya dan Indonesia pada umumnya sepakat untuk mengutuk tindakan OPM dan bersama-sama membangun Papua ke arah yang lebih baik.
Bagaimana, Dong Setuju Kah Tra? (Bagaimana, Kalian Setuju Atau Tidak?)