Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Perayaan Siwa Ratri Sebaiknya Dilarang

29 Desember 2012   07:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:51 45355 7

Sehari sebelum Tilem sasih Kapitu atau yang sering di sebut prawaning tilem kapitu, umat hindu memperingati Hari Siwaratri. Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa. Siwarâtri juga disebut hari suci pajagran, yang jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan Magha (panglong ping 14 sasih Kapitu).

Hakekat hari suci Siwaratri adalah sebagai media introsfeksi diri untuk senantiasa mawas diri serta menyadari akan Sang Diri Sejati (Gede Manik, S.Ag:WHD. No. 492,2008). Siwaratri merupakan perenungan diri sehingga dapat meminimalkan perbuatan dosa dalam kehidupan sehari-hari. Adalah tanpa makna jika merayakan Siwaratri justru yang diperoleh hanya kantuk dan lapar yang sangat menyiksa. (Gede Manik, Loc.Cit).

Perayaan Siwa Ratri bersumberkan pada beberapa literatur Hindu seperti Shiwa Purana, Skanda Purana, Kakawin Siwa Ratri Kalpa dan lain sebagainya, dan bahkan terdapat sumber dari Eropa.

Di Indonesia bersumberkan pada Kakawin Siwaratri Kalpa. Kisah yang sudah tidak asing bagi umat Hindu adalah kisah Sang Lubdaka. Dikisahkan seorang pemburu profesional bernama Lubdaka. Pada suatu hari yang kebetulan bertepatan dengan hari menjelang malam Shiwa, Lubdaka berburu ke hutan, tetapi karena bernasib sial,  Ia tidak menemukan satu ekorpun buruan yang Ia cari seharian, hingga akhirnya Sang Lubdaka menginap di hutan. Karena takut dengan binatang buas, ia memanjat pohon dan berbaring pada batang pohon Bilva/Maja (pohon kesayangan Tuhan Shiwa).

Untuk menghilangkan kantuknya, Sang Lubdaka memetik daun Bilwa satu per satu hingga pagi hari. Tanpa disadari daun yang dijatuhkan mengenai Siva Lingga (yaitu sarana memuja Tuhan yang berbentuk Lingga-Yoni). Setelah pagi hari Lubdaka pulang ke rumah tanpa membawa buruan.

Hingga suatu hari Sang Lubdaka meninggal, meski sang pemburu ini sebagai pembunuh binatang ternyata arwahnya ketika disiksa dan diseret ke Neraka oleh Yama Duta (pengawal Bhatara Yama), tetapi tidak diizinkan untuk dibawa ke neraka oleh para Gana. maka terjadilah perang antara pengawal Shiwa dengan pengawal Yama, hingga akhirnya arwah Sang Lubdaka dibawa ke Siwa Loka (surga) oleh para Gana (pengawal Bhatara Shiwa) atas perintah Bhatara Shiwa. Karena ternyata Tuhan berkenan pada Lundaka, sebab ia pernah memuja beliau disaat malam Siwa (Siwa Ratri) dengan tidak sengaja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun