Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Citra Buruk Anak Koss

14 November 2012   08:00 Diperbarui: 19 Juli 2015   11:39 1259 1

“Selera boss harga anak koss”

Begitulah sebuah tulisan pada pelang box sebuah warung yang berada tak jauh dari tempatku indekos. Terkadang tersenyum geli membaca slogan seperti itu, terkadang menganggapnya sebagai sebuah sindiran manis yang menyakitkan.

Semua dari kita pasti tahu di dunia ini dianggap selalu memiliki dua sisi yang berbeda; baik – buruk, senang-sedih, suka-duka, dan lain sebagainya, tergantung bagaimana kita menyikapi. Sikap dualisme ini sebenarnya bertentangan dengan ajaran agama. Semua anggapan baik-buruk, cantik-jelek , senang-sedih datang dari pikiran, pikiran itulah yang membedakan.

Idealnya, pikiran diarahkan agar tidak memihak dan tanpa membeda-bedakan. Kenyataannya sulit untuk menjadikan pikiran terbebas dari dualisme; cinta dan benci, senang dan sedih. Seperti bagaimana pikiran saya menyikapi anak koss.

“Selera boss, harga anak koss”

Slogan itu pun saya sikapi dengan sikap dualisme. Saya menilai dari sudut pandang negatif bahwa anak koss identik dengan anak yang hidup pas-pasan. Tak usah munafik, hal itu adalah kenyataan, meski tidak semua anak koss hidup ala kadarnya.

Anak koss dianggap sebagai seorang yang hidup pas-pasan bukanlah masalah, karena dari sanalah kita bisa belajar bahwa anak koss memang selalu berusaha untuk menjadi orang irit, belajar mandiri, bersabar, bertanggungjawab. Namun perlu diketahui bahwa banyak juga  anak koss justru sebaliknya. Lahir menjadi orang yang gengsi dan sok kaya, tidak bersabar, tidak mandiri dengan hanya menghabiskan uang dari orang tua, bahkan berfoya-foya sehingga melahirkan karakter orang yang tidak bertanggungjawab dan premanisme.

Citra anak koss sebagai anak yang pas-pasan itu belum seberapa dibandingkan dengan citra buruk lainnya. Misalkan anak koss sebagian besar adalah orang-orang yang paling banyak melanggar ajaran agama; seks bebas, seks pranikah maupun kumpul kebo.

Anggapan yang paling menonjol di masyarakat adalah anak kos-kosan paling identik dengan seks bebas dan seks pranikah. Hal ini tentu sangat rasional disebabkan anak-anak remaja diluar control orang tua. Anak remaja dalam control keluarga saja banyak pula melakukan seks bebas, apalagi diluar kontrol keluarga.

Kadang kalau saya mendengar seorang cewek mengaku sebagai anak koss, sering saya berpikir “Wuuah… sudah kagak perawan nih cewek, pelaku seks bebas! hahaha!” Begitulah pikiran pertama yang muncul dalam benak. Adakalanya berpikir sebaliknya, semoga wanita itu tidak seperti yang saya pikirkan, masih banyak wanita yang mau mempertahankan kesuciannya.

Memang tidak bisa dipungkiri, terutama wanita apabila diluar control maka akan terjadi banyak penyimpangan terutama dalam persoalan seks. Setuju atau tidak setuju wanita memang harus selalu di bawah perlindungan orang yang diharuskan agama untuk melakukan hal itu, seperti Istri dilindungi oleh suaminya.

“Keenam berikut ini menghancurkan seorang wanita: Minum minuman keras, berteman dengan orang jahat, berpisah dengan suami, berpindah-pindah,tidur atau tinggal di rumah orang lain”. (Hitopadesha)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun