Mendengar kata dongeng, mungkin sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata terhadap dongeng. Dianggap kuno, bukan jamannya lagi. Hampir di berbagai belahan dunia orang tua mengajarkan etika-moral melalui dongeng, tetapi itu dulu. Sekarang yang ada, sejak usia dini anak-anak sudah dihidangkan acara televisi yang tidak mendidik, bahkan cenderung menjerumuskan generasi muda ke hal-hal yang tidak patut.
Dalam buku “Kekuatan Super Dahsyat Berpikir Positif”, dikatakn salah satu cara untuk berpikir positif adalah dengan mematikan televisi, hal ini dilihat dari fakta yang ada bahwa banyak acara televisi yang menyajikan tayangan kekerasan, pemerkosaan, perampokan dll. Sehingga penting untuk tidak menonton televisi.
Di masyarakat perlu digalakan kembali mendongeng untuk anak-anak, dongeng ini bukan sekedar dongeng. Dongeng yang berasal dari ajaran agama itu memiliki kekuatan yang luar biasa. Bahkan didalam purana diceritakan bahwa seseorang dengan mendengar cerita yang ada didalam kitab purana itu seseorang akan diampuni dosanya.
"Mendongeng dapat meningkatkan kecerdasan anak, mendongeng secara rutin sangat efektif mengakrabkan hubungan antara orangtua dan anaknya” (kompas.com 2012). Cerita dongeng yang menyenangkan mendorong anak-anak untuk mendengarkan pesan-pesan kebaikan yang terkandung di dalamnya secara ikhlas. Hal itu akan diingat sampai dewasa. Selain itu orang tua jauh lebih mudah dapat mempengaruhi perilaku sang anak.
Di masyarakat tak jarang anak-anak sering tak mendapat perhatian orang tua, apalagi menyempatkan diri untuk mendongeng untuk anak-anaknya. Di kota-kota besar masyarakat Kecenderungan lebih memilih pengasuhan anaknya kepada inang pengasuh. Hal ini sebenarnya sangat tidak baik, karena sebagian karakter anak ditentukan oleh pergaulan. Apabila anak bergaul lebih besar dengan inang pengasuh maka anak akan meniru sifat inang pengasuh, tidak meniru perilaku orang tua.
Oleh karena penting medongeng itu digalakan kembali, lalu dongeng apa yang harus kita ceritakan kepada anak-anak? Di toko buku telah banyak beredar buku-buku dongeng. Buku-buku dongeng yang berasal dari ajaran agama, misalnya dari ajaran agama Hindu ada banyak tetapi langka. Seperti misalnya kitab Hitopadesha, Panca Tantra, Tantri Kamandaka, dll. Hitopadesha pernah disebarluaskan kedalam bentuk dongeng untuk anak-anak, demikian pula Panca Tantra.
Untuk memudahkan memiliki kitab dongeng, saya memiliki file kitab dongeng Hitopadesha untuk dewasa dan untuk anak-anak umur diatas lima Tahun. Hanya memerlukan waktu beberapa detik untuk downloadnya. File tersebut dapat diunduh secara gratis disini http://www.facebook.com/download/370777886337180/HITOPADESHA.docx.
Perlu diketahui, Hindu memiliki banyak kitab dalam bentuk cerita yang sangat tebal-tebal. Ada 18 kitab Mahapurana (purana besar) dan 18 kitab Upapurana (purana kecil), ditambah lagi Mahabharata dan Ramayana. Tetapi sayang Mahabharata di Indonesia belum pernah diterbitkan sesuai tek aslinya yang terdiri dari 100.000 sloka/ayat, yang diterjemahkan hanya ringkasannya saja. Tidak kebayang berapa tebalnya jika itu diterjemahkan sesuai teks aslinya.
Ini saya berikan satu contoh cerita Mahabharata sesuai dengan teks aslinya yang dikutip dari Santi Parwa jilid I.
*** Vaisampayana melanjutkan ceritanya: “setelah Arjuna selesai berbicara, Bhimasena lalu berkata. Bicaranya berapi-api penuh emosi, katanya, O Kakanda, kakanda sangat memahami tentang tugas dan kewajiban! Sebenarnya tidak ada yang tidak paduka ketahui. Kami semua telah menjadikan kakanda sebagai panutan, tetapi sayang, kali ini kami tidak bisa melakukan hal itu lagi. Demikian sebenarnya keinginanku, aku ingin diam. Tetapi ada sesuatu yang mendorong bahwa aku harus berbicara. Dengarkanlah kata-kataku ini!. Rupa-rupanya, seluruh kemampuan yang ada pada diri kakanda sekarang ini sedang diselubungi kesedihan, maka semuanya menjadi gelap dan terancam bencana, dan kami ini menjadi tidak gembira dan lemah. Apakah yang terjadi sebenarnya, maka kakanda yang sebenarnya merupakan penguasa dunia, yang menguasai seluruh cabang ilmu pengetahuan, tiba-tiba seluruh pengertian paduka itu dikalahkan oleh kesedihan dan bahkan lalu bertindak seperti seorang pengecut? Jalan yang benar dan jalan yang salah di dunia ini seluruhnya kakanda ketahui. Tidak ada hal yang tidak kakanda ketahui, tentang masa lalu, sekarang dan tentang masa yang akan datang. Akan tetapi bila akal sehat serta pengetahuan kakanda telah terselubungi seluruhnya, maka sekarang adalah kewajibanku, O Raja, untuk memperingatkan, kenapa paduka kakanda harus bangkit untuk memerintah dunia ini. Mohon agar kakanda mendengarkan aku sebaik-baiknya. Pada dasarnya kita mengenal adanya dua jenis penyakit , yaitu penyakit fisik dan penyakit mental.Masing-masing nampaknya berbeda tetapi sebenarnya masing-masing bersumber pada yang lain. Kedanya itu saling mengikat, tidak mungkin bisa berdiri sendiri. Tegasnya, penyakit mental bersumber mula dari penyakit fisik dan demikian juga penyakit fisik bersumber mula dari penyakit mental. Itu demikian. Orang terus menyesali kejadian-kejadian di masa lalu, akan memetik kesedihan, dan kesedihan itu memunculkan kesedihan baru, maka kesedihan demi kesedihan menghasilkan kesedihan berlipat-lipat dua. Dingin, panas dan bayu, ketiganya merupakan penunjang kesehatan badan. Keseimbangan ketiga usur itu merupakan pertanda kesehatan yang baik. Apabila salah satu dari ketiganya melampaui yang lain makan badan tidak seimbang dan otomatis memerlukan obat dan obat itupun sudah pula ditentukan. Dingin (phlegm) dikendalikan dengan panas (bile) dan panas itu ditekan dengan dingin. Sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamak (kegelapan) merupakan tiga sifat mental. Apabila salah satu dari ketiganya itu mengungguli yang lain, maka diperlukan obat sebagaimana telah ditentukan. Kesedihan dapat diatasi dengan kegembiraan dan kegembiraan ditekan dengan kesedihan. Orang yang bergembira ria , patut mengenang kesedihan di masa lampau. Tetapi apabila kehidupan sekarang penuh dengan duka nestapa, akan baik apabila mengenangkan masa-masa bahagianya di masa silam. Namun paduka, O Raja, kakanda semestinya tidak pernah sedih apabila ditimpa petaka atau gembira karena mendapat keuntungan. Karena itu janganlah paduka menggunakan ingatan paduka untuk mengenangkan kesedihan di saat-saat sekarang ini. Ingatlah hanya kegembiraan. Nampaknya dalam kejadian ini, kodrat terlalu sangat kuat pengaruhnya. Apabila karena kodrat paduka, maka kakanda menjadidemikian sedih, lalu mengapa kakanda tidak mengenangkan kejadian-kejadian yang menyakitkan dahulu, misalnya kejadian ketika Draupadi yang hanya berpakaian hanya sekedarnya, diseret, dan ia ketika itu sedang sakit, dipermalukan dihadapan sidang? Mengapa kakanda tidak mengenangkan kejadian ketika kita diusir dari kerajaan Kuru ini, diasingkan kedalam hutan, mengenakan pakaian kulit rusa dan sekian lama kita hidup dalam hutan? Mengapa paduka tidak mengenangkan kesedihan yang ditimpakan kepada kita oleh Jatasura, pertempuran dengan Chitrasena, dan penderitaan yang diakibatkan oleh raja negeri Shindu? Mengapa kakanda melupakan sepak terjang Kichaka kepada Draupadi, yaitu ketika kita sedang melakukan penyamaran? Kenangkan jugalah pertempuran yang mengerikan yang kakanda lakukan dengan Bhisma dan Drona, kenangkanlah pertempuran itu, dan bayangkan itu sedang berlangsung di dalam fikiran kakanda. Dan bayangkan bahwa di dalam pertempuran yang dilakukan dalam fikiran itu sekarang kakanda tewas, maka kakanda tidak akan puas, dan kakanda akan terlahir kembali dan bertempur kembali. Karena itu menangkanlah pertempuran itu sekarang juga, dan dengan melupakan untuk sementara jasad ini lalu lakukan usaha untukmenemukan dan menguasai musuh yang berada di dalam jiwa kakanda. Kalau seandainya kakanda kalah dalam pertempuran sekarang ini, lalu bagaimanakah kira-kira keadaan kakanda selanjutnya? Tetapi sebaliknya, dengan memenangkan pertempuran ini, kakanda O raja akan mendapatkan kemuliaan di dalam kehidupan ini. Pergunakanlah kecerdasan paduka , fikirkanlah jalan yang benar dan jalan yang salah yang ditempuh oleh mahkluk-mahkluk hidup, ikutilah jalan yang telah ditempuh oleh para leluhur dan perintahlah kerajaan ini dengan sebaik-baiknya. Beruntung kita karena Duryodhana telah tewas beserta seluruh pengikutnya. Keadaan kita sekarang telah normal kembali. Laksanakan upacara kurban kuda dengan disertai pembagian hadiah-hadiah sebanyak – banyaknya. Sekarang kami akan mengabdi kepada kakanda dan kepada Krsna yang sakti itu” (Mahabharata, Santi Parwa XVI).