Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Jodohku di Balik Cakrawala

7 Juli 2024   20:31 Diperbarui: 7 Juli 2024   21:51 93 2
Mentari senja melukis langit dengan warna-warna jingga keemasan, menciptakan siluet dramatis di balik awan yang berarak. Dari jendela apartemennya yang terletak di lantai dua puluh, Aisyah menatap pemandangan kota yang mulai bermandikan cahaya lampu. Namun, keindahan panorama itu tak mampu mengusir rasa sepi yang menggerogoti hatinya.

Aisyah, seorang penulis lepas berusia 28 tahun, telah lama memimpikan cinta sejati. Ia membayangkan seorang pria yang akan menjadi pelabuhan hatinya, tempat ia berbagi suka dan duka, mimpi dan harapan. Namun, takdir sepertinya punya rencana lain. Semua pria yang ia temui sejauh ini belum ada yang mampu menyentuh hatinya.

"Mungkin jodohku memang sangat jauh," gumamnya lirih, sambil menghela napas panjang. Ia sudah sering mendengar ungkapan itu, tapi baru kali ini ia benar-benar merasakannya.

Kehidupan Aisyah berjalan seperti biasa. Ia menulis artikel, mengurus blog pribadinya, dan sesekali bertemu dengan teman-temannya. Namun, di balik rutinitas itu, ia tak pernah berhenti berharap untuk menemukan belahan jiwanya.

Suatu hari, saat ia sedang asyik menulis di sebuah kafe, seorang pria asing duduk di meja sebelahnya. Pria itu memesan secangkir kopi dan kemudian mengeluarkan laptopnya. Aisyah melirik sekilas dan menyadari bahwa pria itu sedang membuka situs web yang sama dengan yang sedang ia kerjakan.

Rasa penasaran mengalahkan rasa malunya. Aisyah memberanikan diri untuk memulai percakapan.

"Permisi, apakah Anda juga seorang penulis?" tanyanya dengan sopan.

Pria itu mendongak, tersenyum ramah, dan menjawab, "Ya, saya seorang penulis lepas. Nama saya Farhan."

Percakapan pun mengalir begitu saja. Mereka bertukar cerita tentang pengalaman menulis, buku favorit, dan impian-impian mereka. Aisyah merasa nyaman berbicara dengan Farhan. Ia merasa seperti sudah lama mengenal pria itu.

Setelah beberapa jam, mereka berpisah dengan janji untuk bertemu lagi. Aisyah pulang dengan hati berbunga-bunga. Ia merasa telah menemukan seorang teman yang bisa ia ajak berbagi.

Pertemuan-pertemuan berikutnya semakin mempererat hubungan mereka. Aisyah dan Farhan sering menghabiskan waktu bersama, baik untuk menulis, berdiskusi, atau sekadar berjalan-jalan. Mereka saling mendukung dan menginspirasi.

Namun, ada satu hal yang mengganjal di hati Aisyah. Farhan tinggal di kota yang berbeda. Jarak yang memisahkan mereka cukup jauh, sekitar 500 kilometer.

"Apakah ini pertanda bahwa jodohku memang sangat jauh?" tanya Aisyah dalam hati. Ia merasa bimbang antara mengikuti kata hatinya atau menyerah pada kenyataan.

Suatu malam, Aisyah dan Farhan sedang melakukan video call. Mereka membicarakan tentang rencana mereka untuk masa depan.

"Aku ingin sekali bisa tinggal di kota yang sama denganmu," kata Farhan tiba-tiba. "Aku merasa ada ikatan yang kuat di antara kita."

Hati Aisyah berdebar kencang. Ia merasakan hal yang sama. Namun, ia tak ingin terlalu cepat berharap.

"Aku juga merasakan hal yang sama," jawabnya pelan. "Tapi, kita harus realistis. Jarak yang memisahkan kita tidak mudah untuk diatasi."

Farhan terdiam sejenak. Kemudian, ia berkata dengan tegas, "Aku tidak akan menyerah. Aku yakin kita bisa menemukan jalan keluarnya."

Kata-kata Farhan memberikan harapan baru bagi Aisyah. Ia memutuskan untuk tidak menyerah pada cinta mereka. Mereka berdua sepakat untuk berusaha sekuat tenaga untuk bisa bersama.

Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan perjuangan dan pengorbanan. Aisyah dan Farhan berusaha untuk bertemu sesering mungkin, meskipun itu berarti harus menempuh perjalanan yang melelahkan. Mereka juga memanfaatkan teknologi untuk berkomunikasi setiap hari.

Namun, jarak tetaplah jarak. Mereka sering merasa rindu dan kesepian. Terkadang, mereka merasa putus asa.

Suatu hari, Aisyah mendapat tawaran pekerjaan di kota tempat Farhan tinggal. Ia ragu-ragu untuk menerimanya. Di satu sisi, ia ingin sekali bisa dekat dengan Farhan. Di sisi lain, ia khawatir akan kehilangan pekerjaan dan teman-temannya di kota asalnya.

Setelah berpikir panjang, Aisyah akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan itu. Ia percaya bahwa ini adalah jalan yang terbaik untuknya dan Farhan.

Kepindahan Aisyah ke kota Farhan disambut dengan suka cita oleh keduanya. Mereka akhirnya bisa tinggal bersama dan mewujudkan impian-impian mereka.

Aisyah dan Farhan menikah beberapa bulan kemudian. Pernikahan mereka sederhana tapi penuh makna. Mereka dikelilingi oleh keluarga dan teman-teman terdekat.

Aisyah merasa sangat bahagia. Ia telah menemukan jodohnya, meskipun jodohnya itu sangat jauh. Ia percaya bahwa cinta sejati akan selalu menemukan jalannya, meskipun harus melewati berbagai rintangan.

Beberapa tahun kemudian, Aisyah dan Farhan dikaruniai seorang anak laki-laki. Mereka memberi nama anak mereka Rayyan, yang berarti pintu surga.

Aisyah merasa hidupnya lengkap. Ia memiliki suami yang mencintainya, anak yang lucu dan sehat, serta pekerjaan yang ia cintai. Ia bersyukur kepada Tuhan atas semua nikmat yang telah ia terima.

Aisyah juga menyadari bahwa jodohnya memang sangat jauh. Bukan dalam arti jarak fisik, tapi dalam arti waktu. Ia telah menunggu selama bertahun-tahun untuk menemukan Farhan. Namun, ia percaya bahwa penantian itu tidak sia-sia.

Aisyah dan Farhan hidup bahagia selamanya. Mereka membuktikan bahwa cinta sejati dapat mengatasi segala rintangan, termasuk jarak dan waktu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun