Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Antara Impor Sapi atau Swasembada Sapi?

16 Juni 2011   13:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:27 110 0
Beberapa hari yang lalu pemerintah Australia dengan tegas akan menghentikan ekspor sapi hidup ke Indonesia dengan alasan perlakuan sapi yang akan di sembelih tidak manusiawi. Tapi DPR dan menteri pertanian malah menanggapi "tidak usah khawatir, kita akan swasembada".

Mendengar "kita akan swasembada", yang ada dalam benak pikiran saya adalah "mission impossible" yang sesungguhnya. Ada beberapa alasan, antara lain :

1. Jumlah peternak sapi di Indonesia itu tidak memungkinkan untuk bisa swasembada.

2. Indonesia tidak punya padang rumput, sehingga untuk memberi pakan sapi saja harus cari rumput seharian, apalagi kalau musim kemarau, susahnya bukan main.

3. Sebenarnya, peternak sapi di Indonesia itu tidak ada untungnya.

Saya menulis ini berdasarkan pengalaman saya yang pernah memelihara sapi sejak umur 6 tahun, dari sapi seharga 50-75 ribu (tahun 87/88 ) sampai terakhir kali harga sapi mencapai 5 juta (tahun 97/98 ), itu kalau dihitung dengan benar, sama sekali tidak ada untungnya.

Saat ini harga sapi yg layak konsumsi sekitar 9-11 juta/ekor, untuk anakan ya kira-kira 4-5 jutaan. Sekarang coba dihitung, sejak hamil sampai menjadi sapi anakan paling tidak butuh waktu 18 bulan ( anakan sekita umur 9-10 bulan ) dan itu hanya dihargai 4-5 juta rupiah. Untuk menjadi sapi konsumsi paling tidak butuh waktu 36-40 bulan ( sapi dewasa berumur 2-2,5 tahun )  sejak kehamilan dan itu hanya dihargai 9-11 juta.

Bayangkan, selama 18 bulan kita merawat sapi, mencaikan pakan, bersihkan kandang, dll hanya dihargai 4-5 juta. Pendapatan perbulan hanya sekitar 277 ribu atau hampir 10 ribu/hari ( asumsi sapi dihargai 5 juta ).

Atau selama 36 bulan hanya di hargai 9-11 juta, maka pendapatan per bulan hanya 305 ribu atau hampir sama 10.500/hari ( asumsi sapi dihargai 11 juta ). Artinya sama saja kan???

Meskipun peternak memelihara lebih banyak, hasilnya sama saja karena tenaga yang dibutuhkan juga lebih besar. Saya yakin, 1 orang peternak tidak bakalan mampu memelihara lebih dari 3 ekor sapi. Yakin !!!

Belum lagi kalau musim kemarau, dimana rumput sangat jarang dan dapat dipastikan sapi yang dipelihara hanya tinggal balung dan kulit saja alias kurus-kurus.

Sekarang bandingkan dengan peternak di australia atau new zealand atau negara lainnya. Mereka punya padang rumput jutaan hektar, sehingga peternaknya bisa memelihara sapi dalam jumlah yang sangat besar, ratusan bahkan bisa ribuan setiap peternaknya dengan biaya yang sangat kecil. Kenapa ?

1. Mereka tidak pernah mencari rumput. Mereka hanya menggembalakan sapi di padang rumput saja.

2. Mereka tidak pernah bersihkan kandang. Sapi tinggal masukkan ke pagar saja cukup, kalau kotor nanti tinggal pindah.

3. Sapi mereka gemuk-gemuk, karena mereka makan secara bebas, hidupnya bebas tidak di kandang, sehingga sapinya tidak stress. Dagingnyapun terasa lebih enak.

Nah, sekarang bagaimana dengan rencana swasembada sapi oleh pemerintah? Meskipun "mission impossible", tapi masih memungkinkan, dengan syarat :

1. Pemerintah harus mampu menambah jumlah peternak sapi kira-kira 1,5-2 juta peternak. Dengan asumsi, bisa menambah pasokan sapi konsumsi hingga 900 ribu - 1 juta ekor/tahun, sesuai dengan nilai impor kita.

2. Setidaknya pemerintah bisa menyediakan padang rumput untuk menggembalakan sapi.

Apa pemerintah bisa? Apakah rakyat ada yang mau jadi peternak sapi? Jawabnya adalah Mission Impossible!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun