kau buat bagai boneka bertali aku kaku
dalam dentam dan langgam lagu yang sungguh mati aku tak bisa
bagai bejana pula, kau bentuk dengan cengkeram lenganmu perkasa ,
kau remas kau tekan kau poles kau tekuk sedemikian dengan paksa,
habis aku, hancur, tak setitikpun daya kini padaku tersisa,
tulang-tulangku remuk di dalam tubuhku,
hatiku menyusut seperti kertas teremas kusut lisut
meringkuk aku tersudut,
sesak berat mampat di dada, kalut semaput
.
seperti kain kotor pula kau bilas kau pilin aku lantas
kau peras begitu keras, teramat keras,
hingga aku lemas, sehabis-habisnya lemas,
tiba-tiba air-matakupun mengalir deras
.
akhh…
kiranya kau puas
dan biarlah rahmatmu tempias.
.
apakah yang baik dari belenggu ini,
dan bandul besi yang tak mengijinkanku lari,
apakah manfaat dari beban yang menghimpit, teramat berat ini,
terasa tak mampu leher dan punggungku memikulnya lagi
aku terpenjara, terasing sendiri, tak punya pilihan sama sekali,
hanya menatap dari celah besi berjeruji,
menanti……..
kupikir-pikir, terus kupikir tapi tak kunjung juga aku mampu mengerti
kian tertekan bagai tersekap dalam gelap labirin misteri
.
seandainya saja, tak mengendap harap padamu di hati ini,
aku telah memilih lebih baik mati, hidup terasa tak lagi berarti
sama sekali.
.
akhh…
kiranya kau puas
dan biarkanlah kini rahmatmu tempias.