Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Pahitnya Tahun Baru

15 Januari 2011   01:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:35 64 0

Aku ga tau menceritakan apa yang kurasakan sekarang ini. Teman-taman menganggap aku punya dua pilihan. Memilih dia atau “dia”. Memang sekarang ada dua orang lelakiyang sedang dekat aku. Dia adalah teman dan sahabatku. Ya, mereka aku inisialkan dengan A dan B. mungkin mereka adalah teman lawan jenis yang paling dekat denganku. Si A, aku udah kenal selama kurang lebih dua tahun setengah. Aku kenal dia lewat suatu organisasi. Kebetulan kami berkecimpung diorganisasi yang sama. Tetapi aku dekat dengannya sejak setahun yang lalu. Saat kami menghadiri suatu even di kampus. Saat itu dia adalah salah satu panitianya. Saat itu temenku ga sengaja bercanda dengannya. Dalam candanya tersebut seolah mencomblangin aku dengan dirinya. Dua minggu sejak dari even tersebut, kami sering ngobrol dan sharing lewat sms. Saat itu aku menganggap dialah teman yang cocok untuk tempat menuangkan beban ku alias tempat untuk curhat. Tapi,sudah setahun kami menjalani hubungan sebagai sahabat, aku ga pernah curhat se ekstrim curhatannya kepadaku. Biasanya aku curhat tentang sahabat, teman dan kehidupanku dalam kelas. Karena aku dan dia beda kelas. Aku sangat kesal dengan dia, saat suatu cobaan yang terberat ku alami saat tahun baru kemarin. Saat menunggu malam tahun baru, aku begitu gelisah. Aku memutuskan untuk bermalam tahun baru dengan suasana sepi. Menikmati malam tahun baru di kostan. Kejanggalan kualami, ketika tepat jam 12 malam, orang tuaku belum juga menelepon diriku. Biasanya mereka melakukannya setelah ibadah penutupan dan pembukaan tahun baru. Aku tidak memperpanjang kecurigaanku tersebut. Setelah jam 12 malam, aku langsung tidur dengan nyenyak. Ternyata tepat tanggal 1 januari jam stengah tujuh, mamaku menelpon diriku, dengan memakai Hp dari bapak. Aku kira itu bapak, tapi yang berbicara diseberang adalah mamaku. Aku kaget,”kok mama tumben menelpon sepagi ini”. Dengan suara yang sayup-sayup, mama mengatakan “kita banyak berdoa ya”. Air mataku langsung keluar karena aku begitu rindu pada mereka. Ingin menikmati tahun beru bersama mereka. Belum selesai air mata kerinduan itu kering, mamak bilang “bapak masuk rumah sakit.tapi itu ga usa dipikirin uda membaik kok”. Aku terkejut…. Seharian itu mukaku murung dan tak jarang aku meneteskan air mata. Seakan aku ga punya rasa malu lagi, menangis tiba-tiba diantara teman-teman yang merayakan tahun baru.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun