“Oh, Pintar sekali kamu!” (diucapkan dengan nada sarkasme).
“Kamu memang hebat, bisa-bisanya melakukan kesalahan seperti itu.”
kalau iya, selamat kamu sudah mendapat sebuah kata yang bisa disebut sindiran.
mau tau lebih lanjut, baca yaa…
Fenomena yang sering terjadi dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan dalam 3 model Discourse adalah kata “Sarkasme” atau berupa “Sindiran”. Hal ini bisa terjadi karena :
1) Konteks, makna suatu kata/kalimat sangat bergantung pada konteks penggunaan. Bisa dianggap netral lalu menjadi penghinaan jika diucapkan dengan nada tertentu atau dalam situasi yang tepat.
2) Intonasi, cara mengucapkan kata/kalimat dapat mengubah arti yang sebnarnya.
3) Bahasa Tubuh, gestur yang meremehkan dapat memperkuat makna negatif dari kata/kalimat.
4) Pengetahuan bersama, terkadang disampaikan melalui kode atau rujukan yang hanya dipahami kelompok tertentu.
tapi….
ada lagi nih sebuah kata/teks.. yang ada unsur penghinaan bahkan ancaman tetapi bebas dari tuduhan penyebaran kebencian/ancaman adalah kata/teks yang bersifat ambigu. kalau kamu pernah dengar contohnya begini :
“Kamu memang pintar, tapi kok sering lupa ya?”
kalimat ini bisa dianggap pujian, namun jika diucapkan dengan nada sarkasme, dapat menjadi penghinaan.
ada lagi nihh.. pertanyaan provokatif contohnya,
“Apa kamu yakin bisa melakukan itu?”
ternyata pertanyaan ini bisa menjadi tantangan atau meragukan kemampuan seseorang.
atau pertanyaan humor tapi hitam, gimana tuh?
“Setidaknya kalau sudah mati, enggak perlu bayar tagihan lagi”.
Humor yang menggelitik isu sensitif atau menyindir individu tertentu ternyata juga dapat dianggap sebagai penghinaan.
maka, hati-hati dalam memilih kata/teks dalam berkomunikasi ya..
FYI, ternyata kata sarkasme ini termasuk dalam 3 model Discourse pada penelitian kualitatif loh…
penasaran?
coba cari tahu lebih lanjut dehh..