Desember hadir,
seperti hujan yang berbisik di jendela kaca.
Dingin menyusup, menusuk sunyi,
seolah memeluk luka-luka yang tak sempat sembuh.
Langit kelabu menggantung cerita,
tentang janji-janji yang tinggal gema,
tentang langkah yang tertunda,
dan harapan yang memudar di batas senja.
Namun, di balik dinginnya pagi,
ada hangat yang tak pernah pergi:
senyum kecil di antara lilin,
doa-doa yang lirih mengisi  ruang hening.
Desember,
kau penutup, sekaligus pembuka.
Di detikmu yang terus bergulir,
aku merangkai asa baru,
memeluk akhir untuk menyambut awal.