Aku buaian kerdil dari geliaknya sang kalbu,
Lalu membangun benteng untuk istana mewah dalam bersikapnya sang harga diri berperang,
yang berjibaku dengan badai yang tiupan sejuknya diragukan.
Telah usaikah teriak ku memekik???,
Aku tahu.. seberapapun kerasnya,
tak akan kelipkan kelopak dari titik rindu di bidang basah hatinya yang egois itu. Keperihan yang tiada memilih kasih, kemudian menagih pulang.
Kepada Sang rindu terpaksa hidup dalam hati yang disarangi letih, sesak rindu terakhir dalam sebait sajak hancur berserak,
Kebangkitan asa dari bulan temaram pada kenangan yang kian melambat.
Aku buaian kerdil dari geliaknya sang kalbu, yang berjibaku dengan badai
Telah usai.
tiada akan kelipkan kelopak dari titik rindu di bidang basah hatinya yang egois itu.
Aku tak lagi berlari membunuh rindu itu...
keluhnya dan berteduh bersama bijak dari mentari cemburu yang siap menghanguskannya untuk dilupakan.
Jangan pernah mengharamkan rasaku,
Sebab Rasaku
Adalah sesak rindu terakhir dalam sebait sajak, di hati yang disarangi letih dan remuk..*
Bengkulu, 24042024