Tema : Siluman hewan
Genre : Fiksi fantasi
Senja telah berganti malam. Langit gelap ditempa cahaya bulan. Alam begitu sunyi seolah tak ada tanda-tanda kehidupan. Makhluk malam masih belum bersuara, atau menolak untuk keluar dari persembunyiannya.
Angin malam menerpa lembut. Sesekali menggoyangkan dedaunan dan menimbulkan bunyi mendesis yang membuat bulu kuduk merinding. Black forest memang selalu tampak menyeramkan. Aura mistis begitu lekat. Tiada sesiapa yang berani masuk ke dalamnya, kecuali dia memiliki niat tersembunyi, atau sedang mempelajari ilmu hitam.
Aslan Berk, pemuda dengan tubuh tinggi besar serta berotot. Memiliki mata tajam bagaikan elang. Mampu menatap jeli dalam kegelapan malam. Dia melangkahkan kakinya ke dalam black forest, hutan keramat bagi sebagian orang yang pantang untuk dimasuki.
Warga desa meyakini, jika masuk ke dalamnya tidak akan pernah keluar lagi.
Bukan Aslan namanya, jika dia tidak berbuat nekat. Aslan tetap melajutkan langkahnya dan mengabaikan apa pun yang menjadi pantangan itu. Hingga Aslan tiba di tengah-tengah hutan, di mana cahaya bulan tak dapat menembus ke dalamnya.
Aslan menyadari sesuatu, dia tidak sendirian. Ada sosok lain yang memerhatikannya sejak awal masuk ke dalam hutan. Namun, itu tidak membuatnya gentar.
“Kau tidak akan bisa lari dariku, Aslan.” Ucap seorang lelaki dengan perawakan sama seperti Aslan.
Suaranya serak. Dia menyeringai, menampakkan gigi taringnya. Dia bukan manusia biasa. Bola matanya berwarna kuning. Memiliki bulu yang menutupi sebagian wajahnya. Kuku-kuku jarinya panjang dan runcing. Werewolf.
“Aku datang ke mari memang ingin mencarimu, Diesel. Tak sepatutnya singa takut pada serigala. Kita memang sama-sama buas, bukan?” Aslan menjawabnya dengan santai.
Mereka berdua memang bukan manusia biasa. Lebih tepatnya siluman. Bedanya, Aslan dengan wujud manusia, sedangkan Diesel sudah siap dengan wujud serigalanya.
Malam ini adalah malam bulan purnama yang sempurna, warnanya kemerah-merahan layaknya tembaga. Biasanya malam seperti inilah favoritnya para werewolf.
“Dan kau berani datang ke sini dengan wujud manusiamu, Aslan? Apa kekuatan yang kau miliki telah lenyap?” ungkap Diesel seolah merendahkan Aslan.
“Aku tidak membutuhkannya saat ini. Karena aku datang hanya berniat mengembalikan ini kepada tuannya,” tangannya yang keluar dari balik jubah hitam, mengulurkan sebuah kalung dengan liontin batu merah delima. Di tengahnya bertuliskan huruf ‘V’, inisial yang mewakili pemilik kalung tersebut.
Kalung yang dikembalikan oleh Aslan merupakan milik Vlad Dracula. Tidak semua pengikutnya mendapatkan hal serupa dengan Aslan. Hanya orang-orang pilihan yang berhak mendapatkannya. Bahkan Diesel pun tidak mendapatkannya. Padahal mereka berdua sama-sama pengikut Vlad Dracula.
Aslan mengembalikan kalung itu karena dia bukan lagi bagian dari kelompok gelap Vlad Dracula. Dia memilih mengabdi pada Ottoman Empire yang dikuasai oleh Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih).
Melihat perubahan pada diri Aslan, Diesel menyadari sesuatu, pakaian yang digunakan Aslan memang mirip dengan para petinggi Ottoman.
Diesel mengencangkan otot di wajahnya. Hatinya bergemuruh melihat apa yang dilakukan oleh Aslan. Pantas saja, sedari tadi Diesel merasa ada yang aneh. Kecurigaannya tak salah lagi, Aslan telah berkhianat.
“Inikah caramu membalas budi Tuan Vlad? Tak akan kubiarkan pergi dari sini dalam keadan hidup,” gertaknya.
“Sekalipun kau membunuhku, aku tak akan merubah keyakinanku. Persetanan dengan kalian sudah membutakan pikiran dan hatiku selama ini. Sebelum aku menyesalinya nanti, lebih baik aku menyesal sekarang,” ujar Aslan.
“Pengkhianat sepertimu memang pantas mati!”
“Aku tahu, sedari tadi anak buahmu mengikutiku. Percuma kalian bersembunyi, bukankah malam ini merupakan malam yang kalian nantikan, serigala lapar?” Aslan menantang balik para serigala itu.
Satu per satu, mereka keluar dari persembunyiannya. Matanya bukan lagi berwarna kuning selayaknya Diesel, tetapi berubah warna menjadi merah karena amarah yang tak dapat dibendung lagi. Ingin segara mereka terkam jasad Aslan yang masih berdiri di tempatnya. Tubuh mereka besar-besar dan raut wajah penuh kesombongan, disertai lolongan panjang yang saling bersahutan satu sama lain.
Posisi Aslan sudah dikepung oleh para serigala. Dia masih tidak bergeming. Salah satu serigala menyerang dengan cakarnya. Meleset. Aslan langsung menghindar, kemudian berbalik untuk membalas serangan tersebut. Dengan sekali hentakan kaki, serigala itu terpental dan menabrak pohon besar di belakangnya.
Disusul serigala lainnya. Melihat perlawanan Aslan, membuat para serigala itu tidak mampu menguasai amarahnya. Jumlah mereka cukup banyak dibandingkan Aslan yang hanya seorang diri. Diesel hanya menonton anak buahnya yang menikmati pertempuran itu. Tentunya Aslan tidak berdiam diri saat serigala-serigala itu hendak menghabisinya.
Dalam sekejap mata, Aslan berubah wujud menjadi singa. Sebetulnya dia tidak ingin menggunakan kekuatannya kembali. Teringat dengan nasihat salah satu sahabatnya tempo hari, bahwa semua kekuatan yang ada pada dirinya hanyalah titipan dari Sang Pencipta. Jangan sampai Aslan menyalahgunakan kekuatan tersebut.
Jika ingin kembali menjadi manusia seutuhnya, dia harus merelakan kekuatannya dan menghapus semua perjanjiannya dengan iblis Incubus. Sekalipun nyawa taruhannya, itu lebih baik daripada menjadi pengikut iblis hingga masuk ke neraka bersamanya. Namun, keadaan darurat seperti ini Aslan terpaksa menggunakan kekuatannya.
“Kalian sengaja membuatku bertindak kasar!”
Tiba-tiba, dari cakar Aslan muncul sinar cahaya menyilaukan. Cahaya itu seterang matahari. Seperti hendak menelan para serigala. Diesel hanya terpana melihatnya. Mereka tidak menyadari bahwa cahaya itu mampu membuat mata menjadi buta. Tak lama kemudian, terdengar suara dentuman besar. Cahaya yang dihasilkan oleh cakar Aslan menghancurkan segala yang ada di dekatnya.
Diesel dan anak buahnya tumbang. Mereka terpental karena detuman tadi dan masih hidup, tapi tidak mampu bangkit untuk melawan Aslan. Hanya mengaduh karena kesakitan. Dentuman itu mengakibatkan Diesel dan para serigala terluka. Sedangkan Aslan masih berdiri dengan gagahnya. Lalu, berubah wujud menjadi manusia kembali.
“Dengarkan baik-baik! Aku datang ke sini dengan maksud ingin menyampaikan pesan dari Sultan Mehmed II, sekaligus memberi peringatan kepada kalian, berhentilah untuk tidak mengganggu warga Ottoman! Atau kalian akan mendapat balasan yang lebih dari ini.”
“Kau pikir, siapa dirimu berani berbicara seperti itu, hah? Dasar pengkhianat!”
Aslan melangkah maju ke tempat Diesel terbaring, yang tengah berusaha bangkit untuk berdiri. Sebelum sempat berdiri, Aslan menginjak dada Diesel. Sedikit menekan agar Diesel tidak kabur. Lalu menggertaknya.
“Maka jangan salahkan aku, jika nanti kembali ke sini dengan pasukan Janisarry.”
Pasukan Janisarry adalah tentara terbaik Ottoman yang mampu menerobos masuk dan menghancurkan tembok Konstantinopel. Kala itu, Byzantium Romawi Timur sedang berkuasa tidak sanggup mengalahkan kekuatan pasukan Janisarry.
Bila pasukan Vlad Dracula dikerahkan untuk melawan mereka, sudah tentu pasukan Janisarry yang akan menang. Tidak dapat dipungkiri, meski secara kekuatan pasukan gelap Vlad Dracula lebih unggul karena mereka dibantu oleh para iblis. Namun, semua itu tidak berarti dan bukan ancaman besar bagi Ottoman.
Karena sesungguhnya kekuatan terbesar hanya dari Allah Swt. yang akan selalu memenangkan tentara Islam. Itu merupakan janji dan juga kabar gembira yang dibeberkan langsung oleh Rasulullah beberapa ratus tahun lalu.
Aslan naik pitam melihat sikap Diesel yang pongah. Dia mengangkat kakinya dari dada Diesel, kemudian menghentakkannya ke tanah dengan kekuatan penuh. Diesel terangkat ke atas, melayang di udara. Tangan Aslan mengeluarkan sinar cahaya yang sama persis seperti tadi. Cahaya itu diarahkan ke atas tepat mengenai Diesel.
Duaarr....
Dentuman itu kembali terdengar. Hanya saja, kali ini meledak di udara. Tubuh Diesel lenyap dalam seperkian detik. Aslan yang telah melenyapkannya. Bagi Aslan, siapa pun yang berani mengganggu Ottoman, akan bernasib sama seperti Diesel.
Para serigala itu kabur setelah melihat tuan mereka berhasil dikalahkan. Mereka tidak berani melawan Aslan tanpa ada komando dari Diesel. Mungkin saja setelah kejadian itu, mereka akan mengadu kepada Vlad Dracula. Namun, Aslan tidak pernah takut padanya.
Aslan yang telah dinobatkan sebagai Singa Penjaga Ottoman, menjalankan tugasnya dengan baik. Dia telah menemukan jalan, di mana seharusnya ia berada. Kembali pada fitrahnya sebagai manusia, bukan sebagai siluman hewan.
Meski dia mendapat kekuatan, tidak pernah disalahgunakan. Berbeda dengan dulu, saat menjadi abdi bagi Vlad Dracula yang selalu diperbudak oleh ambisi dan syahwat kekuatan.
End