Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Hari Pertama Koko di Sekolah

13 Juli 2023   09:01 Diperbarui: 13 Juli 2023   09:04 106 5
Eeee ... eeee ... eeee ... suara tangisan seorang anak terdengar dari balik pintu kelas. Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki berbaju kaos toska, jumsuit coklat, dan sepatu toska keluar dari kelas. Wajahnya penuh dengan air mata. Matanya celingukan mencari sesuatu."Loh, kok enggak masuk, Dek?" tanya seorang wanita berusia 30 tahunan yang mendekati anak itu.

"Koko enggak mau sekolah. Ibu harus ikut bersama Koko di kelas," ucap anak itu sambil menangis.

Sebenarnya Koko senang sekali bersekolah. Malah, dia sendiri yang memilih sepatu dan tas sekolahnya. Jauh sebelum sekolah, peralatan sekolah Koko telah disiapkan.

"Ko, ayo masuk lagi, ya. Kan ada Adit. Koko biasa main sama Adit, 'kan?" bujuk ibunya.

Adit adalah teman di sebelah rumah Koko. Mereka biasa bermain bersama. Koko tidak takut bermain ke rumah Adit dan Adit pun begitu. Namun, pagi ini Koko tidak menyapa Adit.

Saat ibu Koko membujuk Koko agar masuk ke kelas, seorang wanita dengan usia yang sama seperti ibunya Koko menghampiri. Dia menggandeng seorang anak laki-laki. Anak itu tersenyum.

"Adit, ajak Koko masuk, ya, Nak. Itu Bundanya sedang mengeluarkan banyak mainan," ucap wanita yang ternyata ibunya Adit. Adit menggandeng tangan Koko, tetapi tangan itu langsung dilepaskan Koko dan dia mendekap tubuh ibunya.

"Yuk sama Tante saja, nanti duduk di sebelah Adit, ya." Kali ini ibunya Adit yang ikut menggandeng tangan Koko. Namun, usaha untuk memasuki kelas gagal. Koko masih menggelayuti tubuh ibunya sambil terua mengeluarkan air mata.

Setelah beberapa menit Koko menangis, ibunya pun mengajaknya untuk masuk ke kelas kembali. Kali ini ibunya ikutan masuk dan berdiri di belakang kelas. Koko duduk di kursinya bersebelahan dengan Adit dan seorang anak perempuan.

"Ini mainanmu!" ucap bocah perempuan itu sambil menyerahkan mainan edukasi yang terbuat dari kayu. Koko tidak menyenggol mainan itu. Dia hanya duduk dan memperhatikan anak-anak yang lain. Beberapa anak terlihat sangat antusias memainkan mainan itu.

"Ko, ini 'kan Lala. Yuk main sama Lala," ucap ibunya Koko menghampiri meja anaknya. Ternyata, anak perempuan berambut hitam lurus dengan kepang dua, berbaju pink dengan kerah berenda, dan bersepatu pink itu adalah teman di rumahnya. Koko tahu itu, tetapi rasa takut masih dirasakannya.

"Mainan ini tuh dipukul-pukul," ucap Lala sambil mengambil balok yang berbentuk palu dari atas meja. Lala memukulkannya pada balok kayu yang lain. Koko terlihat kaget mendengar suara yang dihasilkan oleh mainan itu.

"Ini!" seru Lala sambil meletakkan mainan berbentuk palu itu ke tangan kanan Koko. Koko menolaknya, tetapi Lala mengulanginya kembali sampai beberapa kali. Beberapa kali pula wajah Koko berubah. Untuk yang kesekian kalinya, Koko malah menangis. Lala kaget.

Sejenak Adit yang berada di sebelah kanan Koko ikut tersenyum, lalu lanjut memainkan mainannya sendiri. Ibu Koko kembali meredakan tangisan anaknya. Dia berdiri di belakang kelas sambil memeluk Koko.

Saat semua anak asyik bermain, dua guru yang dipanggil Bunda menghampiri Koko di belakang. Koko bersembunyi di belakang ibunya. Salah satu Bunda berkali-kali mengajak Koko untuk kembali ke tempat duduknya, tetapi tidak berhasil.
"Koko anak yang sholeh, sebentar lagi Koko duduk sendiri, ya. Ibu Koko nanti menunggu di luar," ucap bunda Ira lembut sambil menatap wajah si anak.

Kedua guru tadi kembali ke posisinya. Mereka masih terus memperhatikan setiap anak didiknya. Koko dibiarkan berdiri di belakang. Mereka yakin keadaan seperti itu hanya berlangsung beberapa hari saja. Anak-anak mulai adaptasi di hari pertama sekolah.

***
"Sekarang cuci tangan dulu, ya. Kita istirahat sebentar. Yang mau makan bekal, boleh makan," ucap bunda Yani memberi aba-aba.

Semua anak mulai keluar dari kelas. Bunda Yani mengatur agar anak-anak tidak berdesakan keluar kelas. Satu per satu anak-anak ini menuju keran yang ada di depan kelas. Koko melirik temannya dari tempat duduk.

"Ayo, Ko! Kita mau makan sekarang. Apa perutmu tidak lapar?" tanya Lala sambil tersenyum polos kepada temannya itu.

Bukannya ikut keluar, Koko malah memeluk ibunya kembali. Kini giliran si ibu yang berjalan keluar kelas sambil menggeret Koko yang terus mengelayuti tubuhnya. Wanita ini meletakkan tangan Koko di bawah keran, lalu menggosoknya pelan. Setelah itu dia masuk ke kelas bersama Koko.

Pagi ini tenaga wanita itu banyak terkuras padahal sepulangnya nanti pekerjaan rumah sudah menunggunya. Disekanya keringat yang membasahi dahinya. Lalu, diambilnya kotak bekal yang berisi nasi goreng dari dalam tas Koko.

"Makan sendiri, ya. Ibu tunggu di sana," ucap ibunya dan kembali berdiri di belakang kelas.

"Ini buat kamu, Ko," ucap Lala sambil meletakkan satu nugget ayam ke dalam kotak bekal Koko. Wajahnya tersenyum ceria saat memberikan nugget ayam yang telah disiapkan oleh ibunya tadi. Hal yang sama juga dilakukan Lala kepada Adit.

"Terima kasih," jawab Koko pelan dan Adit hampir bersamaan. Lala duduk di antara keduanya. Koko dan Adit menyantap bekal yang dibawa tadi bersama Lala yang duduk di antara mereka. Bunda Yani yang memperhatikan mereka dari depan kelas tersenyum dan melangkah menghampiri mereka.

"Wah, enak sekali bekalnya! Jangan lupa dihabiskan, ya," seru bunda Yani. Lala mengangguk cepat sambil berusaha menghabiskan bekalnya.

"Besok aku mau bawa puding, ah!" ucap Lala diiringi lirikan mata Koko dan Adit. Mereka bingung melihat perubahan sikap Koko.

"Nanti kita saling cicip, ya!" pekik Koko. Lala dan Adit langsung menatap Koko. Untuk yanhmg ketiga kalinya anak laki-laki itu bersuara. Ah, ini karena dia sudah merasa nyaman dengan temannya. Adit dan Lala kan terus bersama Koko belajar di TK ini.


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun