Sore tadi, saya baca kembali bahwa pada lokasi gempa tersebut terjadi banjir. Tak bisa dibayangkan keadaan pengungsi yang berada di tenda-tenda darurat. Mereka harus bertahan dalam keadaan ketakutan akan gempa susulan dan banjir yang siap meluluh lantakkan tenda darurat itu.
Sungguh saya tidak bisa membayangkan bagaimana suasana yang ada di sana. Melihat anak yang tertimbun selama 3 hari saja sudah membuat hati ini meringis. Belum lagi mendengar jeritan, tangis yang datang silih berganti membuat suasana makin mencekam.
Saat bencana seperti ini seluruh masyarakat bahkan dunia diuji untuk bergerak. Mereka mau unjuk gigi saja atau ikut uji nyali, bahu-membahu datang ke lokasi, membantu petugas menyisir kawasan, dan membagi semangat pulih agar mental tidak tersakiti.
Bukti Nyata, Bukan Sekadar Janji
Tragedi gempa di Cianjur mengajak banyak orang untuk berempati, seperti yang dilakukan @amanpalestin yang berkerja sama menggalang dana dengan fanbase BTS ARMY, sehingga terkumpul dana sekitar 70 juta. Berbagai elemen pun turun ke jalan, seperti rumah zakat yang menurunkan beberapa personelnya, donasi, mobil ambulance dan bahan makanan ke lokasi.
Dari akun instagram @derrysulaiman, seorang mantan penyanyi rock beserta personel @alamsundapeduli yang turun langsung melihat warga dan lokasi kejadian. Beliau pun menyerahkan bantuan 500 ribu per korban beserta makanan. Lihatlah betapa dermawannya mereka. Jangankan harta, fisik mereka pun dikerahkan untuk membantu korban.
Saya pikir pantas bila Indonesia dijuluki sebagai negara paling dermawan di dunia 2022 ini. Ini karena sikap masyarakat Indonesia yang cepat tanggap dalam berbagai keadaan yang mengancam, seperti bencana alam. Tak dipungkiri, hal ini pula yang membuat Indonesia semakin harum namanya di mata dunia.
Saatnya Merenung, Bukan Melamun
Gempa Cianjur mengajak kita semua untuk merenung sejenak, bukan melamun. Bahwa bencana yang dikatakan akan bersiklus 20 tahun sekali harus bisa dimitigasi. Meskipun kekuatan gempa terbilang kecil, akibat kerusakannya terbilang parah.