Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Kembali ke Sekolah, Kok Males Banget

2 Januari 2022   20:41 Diperbarui: 2 Januari 2022   21:13 469 10


"Sekolah masuk seperti biasa? Males banget, Mi."

Inilah yang disampaikan anak-anak pada beberapa hari yang lalu. Padahal sebelum libur mereka mengeluh mau sekolah, bosan kalau di rumah terus. Saat akan masuk sekolah, mereka malah berkata seperti itu.

Saya jadi ingat semasa SD dulu. Pergi ke sekolah akan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Apalagi dikasih uang jajan sama Emak. Eh, enggak deh. Sekolah itu memang menyenangkan saat SD dulu, belajar semaunya sendiri, mainnya banyak banget, dan belajar enggak ada beban.

Masa SD memang masa yang menyenangkan, apalagi saat bel istirahat berbunyi. Bunyi bel sangat ditunggu para siswa, melebihi menunggu semangkok model sagu kesukaan yang dijual di pinggir sekolah. Sebenarnya yang ditunggu itu bukan karena bunyi bel, tetapi aktivitas yang bisa dilakukan setelah bel itu berbunyi.

Di zaman SD, saya suka sekali main gobak sodor bersama teman-teman. Permainannya seru, meskipun kadang nyebelin karena kelompok saya sering kalahnya. Wajar sih, kelompok lawan anggotanya pandai lari dan badannya besar-besar.

Satu permainan lain yang sering saya mainkan saat jam istirahat dulu adalah kasti. Permainan dengan memukul bola kasti untuk mencapai benteng. Bila kita tidak siap, maka bisa jadi tubuh kita akan terkena pukulan bola itu. Sampai sekarang permainan-permainan itu menjadi kenangan indah yang tak terlupakan untuk saya.

Saya mencoba untuk menasihati anak-anak bahwa sekolah itu menyenangkan. Banyak yang bisa dilakukan di sekolah. Namun, akhirnya saya memutuskan diam. Saya ingin mereka memikirkan semua ucapan saya tadi. Meskipun tampak pada wajah, mereka belum menerima apa yang saya sampaikan tadi. Mereka masih saja berpendapat bahwa mereka ingin waktu libur diperpanjang.

Bagi ibu seperti saya, mereka libur atau tidak libur itu sama saja, sama-sama ribetnya. Sekolah itu ribet dengan persiapan sebelum berangkat sekolah. Liburan pun ribet karena mereka pasti selalu membuat rumah berantakan dan perselisihan di antara saudara pun sering terjadi. Namun, ketika waktu liburan sudah usai, para ibu harus mencoba berbagai cara agar anak-anak tidak malas untuk berangkat ke sekolah.

Saya sendiri sudah menyiapkan rencana-rencana agar mereka tidak malas berangkat sekolah. Misalnya, dengan mengurangi tontonan mereka dan sering mengajak mereka jalan. Saat jalan-jalan selalu saya ingatkan bahwa beberapa hari lagi masuk sekolah.

Kadang, anak-anak terlena dengan tayangan film kartun kesukaan mereka. Salah satu alasan mereka ingin menambah waktu libur adalah tontonan. Padahal saat sekolah, mereka tidak begitu memikirkan tontonan. Mereka sudah asyik bermain dengan teman di sekolah. Bahkan sekolah adalah saat-saat yang ditunggu.

Saya seringkali melihat fenomena di sekitar bahwa karena kelamaan libur dapat menyebabkan anak-anak malas sekolah. Bila dilihat dari kacamata kuda, memang kalau udah keenakan dengan fasilitas yang ada, yang ada memang malas.

Semasa mengajar dulu, saya pernah menemukan kasus seorang siswa saya tidak mau sekolah lantaran sudah nyaman dengan tontonan dan permainan yang disediakan oleh orang tuanya. Fasilitas TV dan permainan online di kamar membuat aktivitas bermain bersama saudaranya berkurang. Bahkan interaksi si anak dengan keluarga jarang sekali terlihat. Dia lebih senang menyendiri di kamar.

Saya pun mengunjungi rumahnya dan mencari penyebabnya. Ternyata, betul bahwa fasilitas yang diberikan orang tuanya telah membuat si anak terlena. Saya pun menganjurkan agar orang tua membatasi pemakaian fasilitas itu.

Alhamdulillah, awalnya si anak memang tantrum. Namun, setelah 5 hari, si anak mulai mau sekolah. Dari kisah tadi, saya menjadi tahu bahwa fasilitas yang diberikan oleh orang tua tidak sepenuhnya bisa berimbas baik pada anak. Bila pemberian fasilitas itu tidak diiringi dengan pengawasan, maka akibatnya akan membuat kerugian pada diri anak.

Saat awal masuk sekolah, alangkah baiknya pihak sekolah dapat melonggarkan sedikit waktu pembelajaran. Misalnya, waktu itu bisa diisi dengan kegiatan menyenangkan, seperti diisi dengan permainan yang menyenangkan sehingga siswa tidak langsung dibebani oleh materi. Para guru harus memberikan waktu untuk menyenangkan bagi para siswa sehingga keinginan mereka untuk terus sekolah akan terus terjaga.

Ayo, para ibu! Siapkan diri untuk keribetan yang akan muncul saat anak-anak mulai masuk sekolah. Jangan sampai para ibu yang minta liburan. Tambah repot 'kan jadinya.








KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun